https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Hanung Bramantyo ‘Sulap’ Pabrik Gula Jadi Studio seperti Hollywood – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Hanung Bramantyo ‘Sulap’ Pabrik Gula Jadi Studio seperti Hollywood

Hanung Bramantyo ‘Sulap’ Pabrik Gula Jadi Studio seperti Hollywood

Bintang Pos, Surabaya – Untuk menampilkan era 1940-an dalam film ‘Soekarno,’, sutradara Hanung Bramantyo harus membangun gedung-gedung replika sebagai set lokasi. Ia pun ‘menyulap’ sebuah pabrik gula di Klaten menjadi studio seperti Hollywood.

“Kenapa bikin nggak pakai rumah yang ada? Nggak bisa karena saat Bung Karno baca proklamasi, fotonya tersebar. Nanti ada yang protes (soal autentik),” katanya saat ditemui di Hotel Four Seasons beberapa waktu lalu.

Dari lahan Parbrik Gula Gondang yang cukup luas, sutradara berusia 37 tahun itu membangung rumah-rumah yang menjadi saksi sejarah dalam upaya Soekarno merebut kemerdekaan. Ada rumah Syahrir, rumah Mohammad Hatta, termasuk rumah Soekarno di Pegangsaan Timur.

“Sekitar 40 persen syuting di situ. Kita bangun set,” ucap Hanung.

Setelah melakukan pengambilan gambar di Yogyakarta, Ambarawa, dan Semarang, Hanung juga membuat setting Surabaya di era 1920. Selain itu, ia juga menggunakan Kebun Raya Bogor untuk membuat setting Jakarta tahun 1940.

Untuk membangun setting lokasi agar sama dengan aslinya, tentunya biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Apalagi Hanung juga memakai ribuan orang sebagai figuran.

Kabarnya, biaya yang dikeluarkan oleh Multivision Plus Picture untuk memproduksi film tersebut mencapai Rp 20 milyar. Namun Raam Punjabi sebagai produser tak ingin menyebut jumlah pastinya.

“Saya tanya bujet berapa, Hanung jawab satu angka, terus sekarang udah nambah 50 persen (dari budget semula). Baru lima hari syuting bujet buat figuran nambah, saya harap tidak lebih dari Rp 20 milyar,” ucap Raam saat ditemui di kesempatan yang sama.

Membuat film Soekarno menjadi mimpi yang tercapai bagi produser yang sudah memproduksi 165 judul film dan 11.000 jam televisi itu. Raam ingat betul momen bersejarah baginya ketika ia melihat sosok Soekarno yang penuh karisma dari kejauhan.

“Saat itu saya baru pindah ke Surabaya tahun 1958, umur saya 15 tahun dan saya kagum dengan beliau. Ketika pindah itu saya punya keinginan membuat film,akhirnya tercapai,” ujar Raam.

Raam mengaku hanya ingin memakai jasa Hanung Bramantyo sebagai sutradara Soekarno. Ia juga sudah mempersiapkan segala risiko-risikonya.

“Kalau Anda sudah bikin film dengan Hanung, harus siap dengan kemungkinan-kemungkinan. Tapi saya yakin industri perfilman dapet satu masterpiece dari Hanung, saya kenal sosok Hanung sangat komitmen dan memberikan apa yang dijanjikan,” pujinya. (dtk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *