Nusantara7,Sumenep-Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH A Pandji Taufiq mengimbau kepada Nahdliyin agar menjadikan pesantren sebagai pusat kegiatan jamiyah Nahdlatul Ulama. Karena pusat keagamaan tersebut merupakan benteng ketahanan kehidupan masyarakat.
“Secara struktur, tidak ada gunanya jika tidak bersinergi dengan pusat-pusat keagamaan tersebut,” ujarnya di saat acara Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) PCNU Sumenep di Pondok Pesantren Tarate Selatan (Taretan) Pandian, Kota, Sumenep, Ahad (19/06/2022).
Kiai Pandji mengutarakan, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) telah mengeluarkan surat edaran agar seluruh pengurus di tingkat bawah memiliki kantor. Ia menegaskan, seluruh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) telah memenuhi instruksi tersebut.
“Bahkan ada 30 Pengurus Ranting NU di Sumenep yang telah memiliki kantor,” ungkap alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep ini.
Untuk itu, dirinya berharap agar infrastruktur yang sudah memadai tersebut diikuti dengan ikhtiar agar konsolidasi ideologi diterus diperkuat. Hal tersebut cukup beralasan karena adanya fenomena perbedaan ideologi yang dianut sesepuh di masa lalu dengan generasi penurus di masa sekarang.
“Semisal, adanya orang tua atau sesepuh yang secara ideologi pahamnya selaras dengan NU, tapi justru putranya tidak demikian,” tutur Kiai Pandji.
Kiai Pandji pun menyampaikan alasan terkait dilaksanakannya Muskercab NU Sumenep di Kecamatan Kota. Disebutkan, bahwa Kecamatan Kota merupakan pusat persebaran beragam jenis ideologi.
“Kami sengaja memusatkan Muskercab di Kota, karena di sini pusat ragam ideologi. Semuanya ada di Kecamatan Kota. Oleh karena itu, mari kita ngamri berkah dari masyayikh dan memikirkan bersama, bagaimana memperkuat kota hingga ke desa-desa, baik dari ideologi maupun secara sosial,” ajaknya.
Dirinya pun mengatakan, setengah tahun pihaknya melakukan penguatan ranting. Baik melalui lokakarya, silaturahim atau pun turba ke beberapa MWCNU dan PRNU. “Saat Turba itu kami menemukan salah satu MWCNU melakukan rapat sebanyak 6 kali dalam sebulan. Itu artinya, gaya dan pola yang ada di masing-masing kecamatan sangat berbeda,” katanya.
Kiai Pandji dalam kesempatan itu juga menyinggung persoalan kemiskinan di Sumenep. Menurutnya, ada 5 titik yang masuk pada zona kemiskinan ekstrem, yakni 2 di kepulauan dan 3 di daratan.
“Fenomena ini jangan didiamkan, berantas kemiskinan dan angkat harkat serta martabat mereka. Makanya, di lingkungan PCNU kami instruksikan agar bentuk bantuan naik kelas, yakni dengan tidak berbentuk tunai tapi menggantinya dengan program beasantri agar mereka bisa mondok di pesantren dan kuliah di perguruan tinggi NU,” pungkasnya.(NUo)