Jakarta – Nahdlatul Ulama (NU) harus meilhat kembali sejarahnya untuk berperan di masa depan. Faktor penting dalam sejarah perkembangan NU sejak awal berdirinya adalah sektor perdagangan.
Mengapa perdagangan? Karena dalam perdagangan terkandung nilai kejujuran. Seperti dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW.
“Sejak pertama kali berdiri, yang saya lihat, ulama-ulama besar NU banyak yang bergerak di sektor perdagangan. Mengapa perdagangan? Karena dalam perdagangan itu ada timbangan, dan di dalam timbangan terkandung nilai-nilai kejujuran,” kata Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), Rabu (12/3) malam.
Namun, katanya, saat ini banyak ulama dan tokoh NU yang justru aktif di partai politik. Sehingga meninggalkan kompetensi utama di sektor perdagangan.
Akibatnya, NU terkesan mengabaikan peran utamanya di sektor perdagangan dan beralih menjadi politisi di berbagai partai politik. Padahal jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat sedikit.
Begitu pula dengan perkembangan sektor pertanian di Indonesia yang mulai terbengkalai dan terpinggirkan. Padahal sebagai negara agraris sektor pertanian merupakan tulang punggung utama perekonomian Indonesia.
“Yang saya lihat, selain di sektor perdagangan, sejak kelahirannya peran NU pun sangat besar dalam perkembangan sektor pertanian di Indonesia,” jelasnya.
Faktanya, kata dia, peran NU dalam sektor pertanian juga mengalami kemunduran. Ini semakin diperparah dengan memudarnya keinginan generasi muda Indonesia untuk menjadi petani.
“Hampir semua sarjana pertanian saat ini tidak ada yang mau menjadi petani. Mereka hanya mau jadi pekerja di bank-bank nasional mau pun swasta, atau pertanian modal,” keluh Jokowi.
“Menurut saya, peran strategis NU di masa depan ialah harus kembali aktif dalam memajukan perekonomian dan peradaban bangsa Indonesia. Antara lain di sektor perdagangan dan pertanian, seperti sejarah NU sejak awal berdirinya,” paparnya.rpk