https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Pustakawan “Sepeda Onthel” Ceramahi Pustakawan se-Surabaya – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Pustakawan “Sepeda Onthel” Ceramahi Pustakawan se-Surabaya

Pustakawan “Sepeda Onthel” Ceramahi Pustakawan se-Surabaya

Bintang Pos, Surabaya – Pustakawan “sepeda onthel” (pustakawan dengan perpustakaan keliling dengan sepeda angin) Sumanto menceramahi puluhan pustakawan se-Surabaya dalam seminar nasional “Revitalisasi Perpustakaan” untuk memperingati HUT ke-58 Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya, Selasa.
“Awalnya, saya memang pakai sepeda onthel dengan membawa 60-an buku, tapi sekarang saya mampu bawa 400-an buku, karena pakai motor roda tiga, tapi hal yang penting adalah kita harus melakukan jemput bola untuk meningkatkan minat baca masyarakat,” kata pengelola Perpustakaan Mitra Tema di Demen RT-04, Jati Sriharjo, Emogiri, Bantul, DI Yogyakarta itu.

Dalam seminar yang juga menampilkan Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya, Arini Pakistyaningsih SH MM, selaku pembicara itu, ia menjelaskan buku yang dikoleksinya kini sudah mencapai 25 ribu buah, padahal saat pertama kali mengelola perpustakaan keliling itu hanya 500 buku dari buku pribadi dan sumbangan beberapa saudaranya.

“Saya percaya kalau kita menolong orang lain untuk pintar, maka Allah pasti menolong kita. Itu terbukti, saya semula membiayai operasional perpustakaan dengan hasil kebun pisang dan sawah, tapi akhirnya ada pengusaha nasional yang membantu biaya operasional hingga lima tahun dan sekarang saya dibantu anak saya yang sudah mandiri,” katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau perpustakaan yang dikelola pemerintah, baik di instansi pemerintah maupun universitas, hendaknya membuka akses untuk dijangkau masyarakat umum, sebab minta baca masyarakat saat ini masih memprihatinkan.

“Mayoritas pengunjung perpustakaan saya juga anak-anak SD, tapi saya menaruh harapan pada masa depan mereka,” katanya.

Menurut mantan karyawan di sebuah perusahaan terkemuka di Tanah Air itu, dirinya membagi buku koleksinya dalam tiga bidang yakni buku pelajaran (SD, SMP, SMA), buku agama, dan buku umum.

“Saya tidak khawatir dengan perkembangan teknologi, karena AS yang berteknologi canggih pun hanya 20 persen yang dilayani dengan perpustakaan elektronik,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya, Arini Pakistyaningsih SH MM, mengaku minat baca masyarakat Kota Surabaya masih rendah, karena penelitian dengan 20 ribu responden yang dilakukan pada tahun 2009 mencatat hanya 26 persen yang suka baca, tapi penelitian yang sama pada tahun 2011 sudah meningkat hingga 38 persen.

“Peningkatan itu kami upayakan melalui berbagai cara, di antaranya saya mengerahkan 486 anak buah untuk melakukan pendampingan pada 2.000-an perpustakaan di sekolah dan beberapa perpustakaan di instansi pemerintah dan swasta. Mereka menarik minat dengan mengajak menyanyi dan mendongeng,” katanya.

Selain itu, ada kewajiban sekolah untuk mewajibkan siswanya membaca beberapa buku dalam satu bulan dan meminta mereka untuk menceritakan isi buku yang sudah dibacanya di depan kelas. “Ada juga kunjungan ke perpustakaan sebagai kewajiban siswa pada waktu tertentu. Jadi, sifatnya memaksa, tapi akhirnya membuat mereka merasa wajib sendiri,” katanya.

Cara lain, pihaknya membuat Peraturan Daerah (Perda) 5/2009 yang mewajibkan swasta dan instansi pemerintah untuk membuat sudut baca, taman baca, dan akhirnya perpustakaan. “Karena itu di taman kota, reminal, puskesmas, rumah susun, dan fasilitas publik lainnya sekarang ada ‘perpustakaan’, tapi bukan hanya buku, melainkan ada permainan edukatif juga,” katanya.

Namun, Perda 5/2009 itu juga menerapkan sanksi denda maksimal Rp50 juta dan penutupan usaha bagi pengusaha, penerbit, dan instansi pemerintah yang tidak menyediakan sudut baca, taman baca, atau perpustakaan. “Sifatnya memang memaksa, tapi sekarang sudah mulai dirasakan manfaatnya, sehingga minat baca meningkat, meski belum masih kalah dari kota lain,” katanya. (ant-kba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *