https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Pertamina : Jangan Ada Kepanikan – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Pertamina : Jangan Ada Kepanikan

Pertamina : Jangan Ada Kepanikan

Jakarta  – PT Pertamina Bengkulu mengingatkan masyarakat di daerah itu untuk tidak khawatir mengenai pembatasan pemakaian solar bersubsidi per 4 Agustus 2014.Demikian ungkap Sales Executive Retail Pertamina Bengkulu, Sigit Wicaksono, Rabu 6 Agustus 2014. “Kami harapkan jangan ada kepanikan. Sejauh ini kondisi stok masih mencukupi hingga akhir Desember 2014,” ujarnya.

Kuota bahan bakar bersubsidi untuk Bengkulu berdasarkan APBN untuk 2014, premium sebanyak 265.113 kiloliter, sedangkan solar 93.573 kiloliter.

Sejauh ini, Sigit melanjutkan, pasca pemberlakuan pembatasan penjualan BBM bersubsidi jenis solar di Bengkulu, terlihat belum memberikan pengaruh besar. Rata-rata konsumsi solar per bulan diprediksi tetap stabil sebanyak 7.920 kiloliter per bulan.

Perkiraan itu juga dikuatkan dengan hanya ada empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dari 37 SPBU yang tersebar di 10 kabupaten/kota yang akan melakukan pembatasan penjualan.

“Saya kira akan tetap aman. Pembatasan penjualan ini juga cuma dilakukan di beberapa titik. Jadi, masyarakat masih bisa mengalihkan pembeliannya di SPBU lain,” kata Sigit.

Minta kaji ulang

Sementara itu, sejumlah sopir truk angkut untuk batu bara dan sawit di Bengkulu, mengaku kebijakan itu diprediksi menyulitkan ratusan sopir truk angkut di Bengkulu. Sebab, kondisi Bengkulu berbeda dengan daerah lain.

Rata-rata pemilik kendaraan angkut jenis truk yang mengonsumsi solar nonsubsidi adalah masyarakat kecil. “Di Bengkulu, mana ada perusahaan yang memiliki truk. Mayoritas kami masyarakat kecil yang menjadi penyedia jasa angkutnya,” kata Hartono (39), salah seorang sopir angkut batu bara.

Karena itu, ia memastikan, bila memang kebijakan itu kemudian diterapkan menyeluruh, dipastikan beban operasional sopir akan bertambah dan tidak sebanding dengan pendapatan dari ongkos angkut yang dibayarkan perusahaan.

“Bisa-bisa akan ada banyak yang berhenti jadi sopir karena tak mampu beli BBM. Bukan apa, upah angkut kami sangat kecil. Jadi, tidak mungkin untuk membeli BBM nonsubsidi,” katanya. vns

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *