Nusantara7.com, Surabaya – Pemerintah Kota Surabaya memberikan pendampingan mulai dari proses produksi hingga penjualannya kepada perajin batik di Kampung Batik Okra Jalan Kranggan VII, Kelurahan/Kecamatan Bubutan, Kota Pahlawan, Jatim.
“Pemerintah itu harus mendampingi, bukan sekadar memberikan tempat berjualan saja. Setiap ada tempat seperti ini harus ada pendampingnya, seperti desainer, harus ada ahli di bidang pewarnaan hingga menjahitnya,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Kamis.
Dalam peresmian Kampung Batik Okra, Rabu (28/12), Cak Eri memberikan beberapa masukan kepada jajarannya dan warga perajin batik tersebut, di antaranya adalah soal peningkatan kualitas bahan dan proses produksi batik.
Cak Eri mengingatkan, agar batik itu memiliki nilai jual tinggi dan naik kelas, maka harus ada peran pemkot di dalamnya yakni pemkot harus memberikan pendampingan mulai dari proses produksi hingga penjualannya.
Maka dari itu, lanjut dia, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar), dan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan (Dinkopumdag) harus memberikan fasilitas itu.
“Apa yang membuat batik itu menjadi mahal? Yaitu karena warna dan desainnya. Jadi nanti Pak Asisten II, Koperasi dan Pariwisata akan menjalankan itu (pendampingan),” ujar Cak Eri panggilan lekatnya.
Wali Kota Eri itu juga menyampaikan, ke depannya pemkot akan bekerja sama dengan travel untuk mempromosikan pariwisata yang dimiliki Kota Surabaya. Sehingga, kata Eri, ketika ada wisatawan asing dan atau dari luar daerah, akan ditujukan ke tempat-tempat wisata di Surabaya.
“Jadi nanti ada kewajiban, ketika ada kapal pesiar masuk atau wisatawan dari daerah lain, maka travel itu memberikan pilihan tiga atau empat wisata yang kami sediakan. Ini lah peran dari pemerintah,” kata dia.
Cak Eri berpesan kepada Ketua RW 1, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan, Ridi Sulaksono untuk memprioritaskan warga kurang mampu yang menjadi pelaku UMKM Batik Okra.
“Karena beliau yang lebih tahu kondisi warganya, misal ada 20 orang yang membatik itu siapa yang paling miskin. Nanti dipilah, dengan seperti itu maka bisa guyub rukun,” ujar dia.
Ke depannya, motif batik khas Kampung Okra juga akan dipatenkan. Diketahui sebelumnya, pemkot juga sudah mematenkan enam motif batik khas Surabaya di antaranya motif batik Sparkling, Kintir-Kintiran, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, dan Remo Surabayan.
Ketua RW 1, Kelurahan Bubutan, Ridi Sulaksono menyebutkan, dengan Kampung Batik Okra, maka warga di wilayahnya semakin sejahtera. Ridi melanjutkan, di Kampung Kranggan VII bukan hanya ada batik, tetapi juga ada olahan tanaman Okra yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
“Jadi nama Okra bukan sekadar singkatan dari Orang Kranggan. Akan tetapi Okra itu adalah tanaman yang kaya manfaat, bisa dibuat makanan dan minuman serta obat herbal,” ujar Ridi.
Untuk proses pembuatannya, per orang dapat mengerjakan per lembar kain Batik Okra dalam jangka waktu dua minggu. Setelah menjadi baju siap pakai, per picis dijual seharga Rp350 ribu.
“Selain e-Peken, kami juga menggunakan instagram sebagai media promosinya. Bahkan kami juga melibatkan pemuda Karang Taruna untuk mempromosikan batik Kampung Okra,” kata dia. ant