https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

“Lebih Gampang Panggil Delivery Food Ketimbang Ambulance” – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

“Lebih Gampang Panggil Delivery Food Ketimbang Ambulance”

“Lebih Gampang Panggil Delivery Food Ketimbang Ambulance”

Bintang Pos, Jakarta – Sebagai pembunuh terbesar nomor tiga di dunia, kecelakaan lalu lintas patut mendapat perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu, perlu sinergi dari seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya pemerintah tapi juga peran serta masyarakat awam.

Pendapat tersebut tertuang dalam talk show Jakarta Savw Community yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Emergency Fair and Festival (E-Fast) besutan Tim Bantuan Medis (TBM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Sejumlah tokoh penting pun didapuk sebagai pembicara, yakni Kepala Bagian Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polda Metro Jaya AKBP Irvan Prawira Satyaputra, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Pendiri Ambulans Gawat Darurat (AGD) 118 Aryono D Pusponegoro, serta Dekan FK UI Ratna Sitompul.

AKBP Irvan Prawira Satyaputra menyatakan, dalam berlalu-lintas, perlu ada kesadaran, tanggung jawab, dan disiplin baik dari pengendara maupun pengguna jalan lainnya. Sebab, kata Irvan, lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan suatu bangsa.

“Lalu lintas adalah urat nadi kehidupan bangsa. Masyarakat bisa berkembang karena ada produktivitas yang tercipta dengan adanya aktivitas. Lalu lintas menjadi pendukung atau penghambat dalam aktivitas yang dilakukan masyarakat,” ujar Irvan di FK UI Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (26/10/2013).

Maka, lanjutnya, ketika lalu lintas terhambat karena adanya kecelakaan maupun kemacetan akan berimbas pada produktivtas masyarakat. Jika masyarakat memiliki produktivitas rendah, maka pembangunan di negara tersebut juga akan mengalami efek serupa.

“Ibarat lalu lintas sebagai urat nadi, maka macet adalah stroke. Ketika terkena stroke, maka kita lumpuh dan lama-kelamaan mati,” ungkapnya.

Apalagi ditambah fakta  tingkat keselamatan di jalan raya di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Pasifik. Irvan menilai, hal itu terjadi bukan karena masyarakat Indonesia bodoh tapi karena mereka bersikap masa bodoh.

“Kita perlu sadar, harus peduli. Tapi bagaimana mau peduli kalau tidak punya pengetahuan? Maka, kita harus bekerja parsial, punya sistem yang baik, dan kompetensi yang berkualitas . Kebersamaan harus dibangun sehingga tidak lagi saling menyalahkan,” imbuhnya.

Kemudian, sebagai Pendiri AGD 118 Aryono D Pusponegoro menilai, jumlah ambulans untuk menolong korban kecelakaan lalu lintas masih minim. Bahkan, lebih cepat mengirimkan makanan cepat saji dibandingkan memanggil ambulans.

“Zaman sekarang lebih cepat memanggil delivery fast food dibandingkan mendatangkan ambulans. Padahal, lewat dari 10 menit, korban kecelakaan bisa meninggal dunia. Maka, save community juga harus melibatkan masyarakat tidak hanya pemerintah saja,” urai Aryono.

Usulan tersebut mendapat dukungan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang akrab disapa Ahok itu mengakui jumlah ambulans memang masih minim dan perlu untuk ditingkatkan.

“Saya setuju dengan usulan tersebut dan akan saya masukan dalam penyusunan anggaran nanti. Kami ingin tidak ada yang jadi korban. Maka, sama seperti pertolongan pertama pada serangan jantung, perlu pelatihan terkait korban kecelakaan lalu lintas,” kata Ahok. (okz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *