https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Gita dan Dahlan Bersaing di Jejaring Sosial – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Gita dan Dahlan Bersaing di Jejaring Sosial

Gita dan Dahlan Bersaing di Jejaring Sosial

Jakarta  –  Dua peserta Konvensi Partai Demokrat yakni Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan terus bersaing ketat dari sisi elektabilitas di jejaring sosial. Menurut monitoring dan analisis sosial media yang dilakukan Politicawave, elektabilitas keduanya tidak terpaut jauh. Demikian dikatalan Yose Rizal, analis dan pendiri lembaga itu.“Persaingan peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat seru. Terutama antara Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan,  dua orang ini yang menonjol, diikuti oleh Anies Baswedan di posisi tiga tapi masih jauh jaraknya. Sedangkan peserta lain, tidak tampak pergerakannya di sosial media,” kata Yose Rizal dalam pernyataannya, Senin (30/12).

Ada sebelas kandidat capres peserta konvensi yang digelar Partai Demokrat. Antara lain Gita Wirjawan , Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Sinyo H Sarundajang, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, Marzuki Alie, Irman Gusman, dan Pramono Edhie Wibowo.

Yose mengungkapkan, lembaganya memonitor percakapan media sosial Twitter, Facebook,  blog, berita online, video YouTube, dan forum  online. Ada empat kategori yang jadi perhatian, yaitu kecenderungan tingkat pengenalan (trend of awareness),  elektabilitas capres (candidat electability),  pembagian tingkat pengenalan antar capres (share of awareness),  dan pembagian pengguna sosial media (share of citizen).

Dari empat kategori tersebut, hasil semuanya senada: didominasi Gita dan Dahlan. Merujuk hasil monitoring tanggal 22 – 28 Desember, trend of awareness  Gita cenderung menanjak yakni terakhir 1357 poin, sedang Dahlan anjlok dan hanya mendapat 702 poin, diikuti Marzuki Alie 290.

Untuk share of awareness  yang diambil dari jumlah percakapan media sosial,  Gita 25,5%, Dahlan 39,7%. Sedangkan share of citizen  yang dihitung dari jumlah unit pemilik akun (unique account), rasionya Gita 25%, Dahlan 40,5%.

Paling jadi perhatian adalah tentang indeks elektabilitas, yang mengacu pada 4 hal: Sentiment index,  EMSS, net reputation,  dan unique user.

Sentiment index,  yaitu indeks yang mengukur margin perbandingan antara sentimen tiap kandidat dibandingkan dengan keseluruhan kandidat. EMSS (earned media share of voice by sentiment) adalah perbandingan antaramention  positif atau negatif dengan jumlah user. Net reputation (NR) adalah nilah bersih dari bilangan reputasi brand (kandidat) di dalam media sosial. Sedangkan unique user  adalah jumlah unit pemilik/pengguna akun.

Mengacu pada 4 hal di atas, perbandingan antara kedua kandidat pada Sabtu petang (28/12/13) adalah sebagai berikut. Sentiment index  Dahlan 2,19 vs Gita 5,84; EMSS 36,32 vs 31,72; Net reputation  83,68 vs 86,98, dan akun unik 8.570 pengguna vs 5.294 pengguna.

“Kalau baca hasil indeks elektabilitas ini, Gita lebih efektif dari Dahlan. Sebab, dengan jumlah akun yang lebih sedikit tapi menghasilkan dampak yang positif dan hasilnya signifikan. Value  dari pembicaraan di media sosial yang dilakukan Gita, trendnya bagus,” kata Yose.

“Yang menarik, Gita dan timnya melakukan ini dalam waktu singkat, hanya 2 bulan terakhir,” tambah Yose yang rajin mengamati hal ini.

Sedangkan Michael Umbas dari tim Media Gita Wirjawan mengaku pihaknya terus melakukan upaya untuk mengangkat elektabilitas Gita.”Bak gayung bersambut, publik jejaring sosial menyambut positif. Ada banyak isu terkait anak muda juga yang nyambung” katanya.

Sementara itu, pengamat politik pasca Sarjana UI, Audy Wuisang menilai kinerja tim sosial media Gita cukup solid dan efektif.”Mereka mampu menembus dominasi nama-nama besar seperti Prabowo dan Jokowi. Saya kira ini akan menjadi catatan menarik karena waktu masih cukup tersedia untuk bermanuver,” ujar Audy.

Audy melihat pentingnya media sosial sebagai instrumen politik modern yang dapat mempengaruhi preferensi pemilih.”Mereka kelompok kritis tapi sekali memberi dukungan akan sangat militan dan ikut mempengaruhi opini publik,” kata Yose.trb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *