Nusantara7.com, Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis, mulai mengekspor buah naga organik ke Asia dan Eropa. Komoditas buah naga yang diekspor itu telah mendapatkan sertifikat organik dan buah naga konvensional.
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani mengatakan kegiatan ekspor buah naga ini menjadi momentum penting untuk pemulihan ekonomi Banyuwangi pada masa pandemi COVID-19.
“Program ekspor buah naga ini selaras dengan gerakan Banyuwangi Rebound yang kami usung bersama, gerakan antar-sektor untuk pemulihan ekonomi,” ujar Ipuk usai melepas ekspor buah naga di Desa Jambesari, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.
Bupati Ipuk mengajak para petani di Banyuwangi untuk terus berinovasi. Dengan terbukanya pasar ekspor, para petani juga harus menyesuaikan dengan standar kualitas yang ditetapkan.
“Kita harus mengubah cara berfikir. Jika sudah masuk ke pasar ekspor, jangan hanya berorientasi pada kuantitas, tapi juga harus memperhatikan kualitasnya. Gunakan bahan-bahan organik agar semakin menambah nilai jualnya,” ujarnya.
Untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kaum petani, lanjut Ipuk, Pemkab Banyuwangi terus menggandeng banyak pihak untuk bergotong royong menuntaskan berbagai persoalan.
“Seperti kali ini, saya berterima kasih kepada Yayasan Dharma Bakti Astra yang turut berkolaborasi membina petani sampai mengakses pasar ekspor,” kata Ipuk.
Program ekspor ini masuk dalam kegiatan “Desa Sejahtera Astra” (DSA). Program yang digeber sejak 2020 itu memberikan pendampingan dari hulu sampai hilir petani buah naga di 15 desa di Banyuwangi. Mereka didampingi mulai dari peningkatan kualitas panen sampai peluang pemasaran di mancanegara.
“Selain itu, kami juga memberikan bantuan berbagai teknologi pertanian yang ramah lingkungan kepada para petani sehingga secara perlahan nantinya bisa beralih ke cara pertanian yang lebih baik,” jelas Head of Social Engagement Astra Internasional Triyanto yang secara simbolis menyerahkan bantuan sebesar Rp200 juta kepada para petani.
Triyanto mengatakan pendampingan tersebut akan terus dilakukan hingga memasuki tahun ketiga atau kelima.
“Kami akan terus dampingi sampai bisa kami pastikan program Desa Sejahtera Astra ini bisa berjalan secara mandiri,” ujarnya.
Untuk memasarkan produk-produk pertanian Banyuwangi ke pasar global tersebut, kolaborasi dijalankan bersama PT Nusa Tropical Indonesia atau Nusa Fresh. Dari kerja sama ini, ekspor buah naga dan sejumlah produk pertanian lainnya akan terus berlangsung secara reguler.
“Untuk yang Banyuwangi ini, kami akan mengekspornya ke Singapura dan ke sejumlah negara Eropa. Tidak kurang ada 15 negara yang telah kami jajaki,”kata Chief Marketing Officer Nusa Fresh Pekik Warnendya.
Pekik menjelaskan, selain buah naga, komoditas pertanian di Banyuwangi yang akan ikut diekspor pada kegiatan perdana itu adalah manggis, rambutan dan kapulaga.
“Untuk total nilai ekspornya sendiri bisa mencapai Rp1,8 miliar. Untuk yang perdana ini kami mengirim sekitar 12 ton. Pembeli di sana (mancanegara) meminta pengiriman sebulan sekali untuk produk rempah-rempah, sedangkan buah dan sayurnya seminggu sekali,” paparnya.
Pekik mengungkapkan potensi pertanian Banyuwangi yang sangat melimpah telah cukup lama menjadi pemasok perusahaannya untuk diekspor. Namun, baru kali ini dilakukan proses ekspor secara mandiri, langsung dari Banyuwangi.
“Setidaknya, dalam dua tahun terakhir ini, kami sering mengambil barang dari Banyuwangi. Namun, baru kali ini akan kami lakukan ekspor perdana dari Banyuwangi,” tuturnya.
Sementara kegiatan ekspor buah naga tersebut disambut gembira oleh para petani. Salah satunya adalah Rukyan. Ia menyebutkan bahwa harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan untuk pasar lokal.
“Untuk harganya tentu lebih bagus ekspor. Untuk ekspor, (buah naga) yang organik tembus sampai Rp30.000 per kilogram, kalau yang penanaman konvensional Rp18.000 per kilogram,” katanya.
(atr)