https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Belajar Tak Lagi Membuat Siswa “Kasmaran” – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Belajar Tak Lagi Membuat Siswa “Kasmaran”

Belajar Tak Lagi Membuat Siswa “Kasmaran”

Bintang Pos, Surabaya — Hampir genap 10 kali kurikulum pendidikan di Indonesia dibongkar pasang dan berganti nama. Namun sayangnya, tak satu pun dari hal itu mampu mendongkrak kondisi pendidikan di Indonesia secara signifikan. Lalu bagaimana sebaiknya kurikulum pendidikan yang harusnya dikembangkan di Indonesia?

Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Iwan Pranoto mengatakan bahwa kurikulum yang baik adalah yang mampu meningkatkan gairah belajar anak dan membuat anak menikmati berbagai pokok bahasan yang diajarkan, baik di sekolah maupun saat belajar ulang di rumah.

“Kalau kurikulum bisa membuat anak-anak ‘kasmaran’ belajar, itu bagus sekali. Sejak tahun 1970-an sampai sekarang, saya tidak lihat itu,” kata Iwan saat diskusi kurikulum di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Selasa (9/4/2013).

Saat ini, berbagai kebijakan pendidikan termasuk kurikulum dilakukan dengan dalih untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia di era globalisasi. Pada akhirnya, anak-anak ini terjebak dalam sebuah kompetisi yang tak berkesudahan, sedangkan semangat untuk belajarnya justru merosot tajam sehingga kehilangan kreativitasnya.

“Saat pendidikan sudah masuk ke ranah kompetisi, ini sudah tidak baik. Contoh gampangnya saja, orangtua berlomba memasukkan ke kursus agar anaknya dapat ranking satu. Ini bahaya,” ujar Iwan.

“Belajar yang seharusnya menjadi kegiatan menyenangkan sudah hilang maknanya,” imbuhnya.

Bahkan, kebijakan ujian nasional (UN)—yang dijadikan standar kelulusan bagi siswa—juga makin membuat belajar adalah hal yang menakutkan dan tak jarang membuat stres serta tekanan mental.

“Belajar itu sekarang hanya untuk dapat nilai dan ujian. Jelas saja kenapa anak-anak tidak suka belajar,” ujarnya.

“Kurikulum dengan istilah apa pun dan metode apa pun, jika mampu membuat belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan membuat orang mau terus belajar dan ‘kasmaran’, maka itu berhasil,” tandasnya. (kom-kba)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *