Bintang Pos, Tuban – Meski pelaksanaan Ujian Nasional di Kabupaten Tuban sempat diwarnai kekisruhan, namun salah seorang pelajar di Bumi Wali tersebut meraih prestasi membanggakan. Achmad Syafi’I, siswa SMK Negeri I Tuban jurusan Teknik Komputer mendapat nilai tertinggi se-Jawa Timur, yakni 38,20.
Prestasi itu tidak dicapai Achmad Syafi’i secara instan dan mudah. Anak pertama pasangan Pujianto (45) dan Masriati (39), warga Jalan Mojopahit No 28A ini mengaku kalau selalu belajar di luar kebiasaan.
Remaja yang akrab disapa Achmad ini menceritakan, Ia tiap hari bangun sebelum pukul 05.00 WIB. Aktivitas pertama yang dikerjakan yaitu ambil air wudhu, lalu sholat subuh. Setelah itu dilanjutkan dengan membuka buku pelajaran sekolah untuk mengingat kembali materi yang kemarin diajarkan guru.
Selanjutnya Achmad mandi dan berangkat ke sekolah. Pulang sekolah ternyata juga bukan waktu bermain, Ia mengikuti bimbingan belajar secara gratis beasiswa dari PT Semen Indonesia.
“Waktu mainnya ya kurang, soalnya saya tiba di rumah pukul lima sore bahkan seringkali lebih,” katanya kepada wartawan, (25/5/2013).
Selama di rumah, Achmad juga tak menggunakan waktunya sia-sia. Ia lebih memilih membaca buku atau mengerjakan tugas sekolah.
Prestasi ini sangat pantas diraih Achmad yang tekun belajar. Namun siapa sangka, dibalik prestasi yang diraihnya, Achmad ternyata sekolah dengan bekal surat keterangan tidak mampu. Orang tuanya hidup secara pas-pasan.
Pujianto, Ayah Achmad sudah tidak mampu lagi bekerja. Kaki kanannya lumpuh setelah mengalami kecelakaan kerja di sebuah proyek bangunan beberapa tahun lalu. Sementara sang ibu hanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga lepas yang gajinya tak seberapa.
“Untuk menghidupi keluarga, kami mendapat sokongan dari kerabat dan tetangga. Permintaan Achmad untuk dibelikan laptop juga belum bisa dikabulkan karena saya tak punya uang,” papar Pujianto lirih.
“Sejak kelas dua, Achmad ini sudah tidak bayar sekolah. Kami tak mampu membiayainya dan atas saran sekolah kami lantas mengirim surat tidak mampu dari sekolahan,” sambungnya.
Membahas masa depan, Achmad tak memiliki target tinggi karena memang terbentur biaya. Harapan satu-satunya yaitu beasiswa yang telah diajukannya ke 2 perusahaan semen yaitu PT Holcim Indonesia dan PT Semen Indonesia di Tuban.
Menurut Achmad, saat ini proses proposal beasiswanya sudah sampai tahap akhir dan tinggal menunggu pengumumannya saja. “Saya berdoa semoga saya bisa diterima salah satunya, karena untuk kuliah seperti anak lainnya keluarga saya tak mampu,” harapnya.(kbj)