Nusantara7.com, Surabaya – Sejumlah aset berupa bangunan rumah milik Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), salah satunya sebagai rumah padat karya
“Kebetulan asetnya Pemkot Surabaya ada di sini, sehingga aset yang ada ini kami tempati untuk kepentingan padat karya,” kata Wali Kota Eri Cahyadi saat meresmikan Rumah Padat Karya di Jalan Nias No. 110 Gubeng Surabaya, Sabtu.
Rumah padat karya bernama Viaduct Gubeng dengan luas total 857 meter persegi ini dimanfaatkan untuk pemberdayaan beberapa unit usaha bagi MBR mulai dari pangkas rambut, kedai kopi hingga cuci motor dan mobil.
Setelah resmi dibuka, Wali Kota Eri bersama para pejabat pemkot langsung mencoba sejumlah menu makanan dan minuman yang tersedia di Rumah Padat Karya Gubeng. Bahkan, wali kota menjadi konsumen perdana pangkas rambut di tempat tersebut.
Eri menjelaskan, bentuk program padat karya itu dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah dan aset yang ada. Dia mencontohkan, ada aset berupa tambak, maka dapat dikelola untuk perikanan oleh MBR di wilayah sekitarnya. Demikian pula jika aset itu berupa lahan kosong, maka bisa dimanfaatkan untuk pertanian atau usaha yang lain.
Menurut dia, Rumah Padat Karya Gubeng adalah bangunan rumah zaman dulu, sehingga dinilai cocok apabila digunakan untuk kafe atau rumah makan dengan konsep heritage. “Jadi kalau dibuat kafe asik. Lantainya juga masih ubin teraso, itu kan indah. Jadi rumah ini kami pertahankan, kami buat tempat makan,” kata dia.
Bahkan, Eri mengakui menu makanan yang tersedia di Viaduct Gubeng juga luar biasa, karena menggunakan bahan dasar dari rempah-rempah mulai dari menu makanan berupa nasi goreng rempah, mi hingga sayur sop.
“Nasi gorengnya enak, sop dan minya juga enak. Jadi orang Surabaya silakan coba datang ke sini, suasananya beda,” kata Eri.
Camat Gubeng Kota Surabaya Eko Kurniawan Purnomo menyampaikan bahwa rumah padat karya Viaduct Gubeng merupakan aset milik Pemkot Surabaya. Sebelumnya, aset ini berencana dimanfaatkan untuk lapangan olahraga SMPN 6 Surabaya.
“Kami tetap lakukan pembangunan di belakang untuk lapangan basket. Sedangkan di depan, kami modifikasi menjadi rumah padat karya dengan beberapa unit usaha,” kata Eko.
Sejumlah unit usaha tersebut, mulai dari kedai kopi, pangkas rambut, cuci mobil dan motor hingga display untuk produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Eko mengatakan, hingga kini Rumah Padat Karya Gubeng telah menyerap 20 tenaga kerja dari MBR di wilayahnya.
“Ke depan kami masih akan terus mendampingi sampai seluruh warga MBR mandiri untuk melakukan pengelolaan di rumah padat karya ini,” kata dia. (ant)