Nusantara7.com, Surabaya– Setelah satu bulan menjadi relawan letusan Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur, tim relawan gabungan pulang. Diwakili oleh Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) dan BEM, mereka menghadap Dekan FK UNAIR di Ruang Sidang A. Selain silaturahmi, mereka juga melaporkan kegiatan sekaligus evaluasi agar lebih baik ke depan.
Direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, Sp.B(K) melaporkan tim gabungan yang terdiri dari UNAIR dengan beberapa fakultasnya termasuk FK, RSUD Dr. Soetomo, RSUA, IKA UNAIR dan IKA FK UNAIR dan Dinkes Jatim langsung terjun ke lokasi setelah erupsi terjadi pada tanggal 4 Desember 2021 lalu. “Kami langsung bergerak cepat, 18 jam setelah kejadian kami menerjunkan tim untuk survey dan disusul tim dokter dan relawan yang lain,” jelasnya.
Jika ditotal ada 50 dokter spesialis dan dokter umum ditambah satu bidan yang diterjunkan di lokasi kejadian. Antara lain 2 Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi, 13 Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan 14 PPDS bedah plastik diterjunkan untuk menangani keadaan emergensi, termasuk melakukan tindakan operasi kepada korban luka bakar di rumah sakit daerah di Lumajang.
Selain itu ada 2 dokter spesialis anestesi, 3 PPDS anestesi, 2 PPDS orthopedy dan traumatologi , 14 dokter umum dan 1 bidan.
Tim gabungan ini menyebar di posko-posko untuk melakukan pelayanan kesehatan. Antara lain di Pos Pengungsi Penanggal, Desa Sumbermujur dan Sumberwuluh. Juga Kecamatan Pasirian, Pronojiwo dan Candipuro.
Selain itu, tim gabungan ini juga mengumpulkan donasi dan menyalurkan bantuan baik medis maupun non medis. Menyediakan ambulance untuk operasional di lokasi serta jemput bola ke rumah warga untuk melakukan pelayanan kesehatan.
Letusan gunung yang tiba-tiba tak elak juga menyisakan trauma pada masyarakat. Karenanya, tim gabungan yang terdiri dari dokter psikiater FK UNAIR-RSUD Dr Soetomo, BEM FK UNAIR dan relawan dari Fakultas Psikologi UNAIR juga terjun ke lapangan untuk memberikan trauma healing. “Total ada 986 korban yang kami bantu dalam misi kemanusiaan ini,” tambahnya.
Tak hanya itu, tim gabunngan ini juga membantu menyediakan hunian sementara bagi para korban terdampak erupsi Semeru. Hunian sementara ini disediakan untuk mengakomodir warga yang kehilangan rumah tinggalnya yang tersapu lahar dan menunggu rumah yang disiapkan oleh pemerintah.
Dekan FK UNAIR, Prof Budi Santoso,dr., Sp.OG(K) mengapresiasi apa yang dilakukan oleh relawan. Ia berharap, gerakan yang digawangi oleh RSTKA ini bisa menjadi inspirasi untuk institusi kesehatan lain agar ikut terjun ke masyarakat saat dibutuhkan.
Dekan juga menyebut, UNAIR melalui FK nya menjadi pionir penyelenggaraan AHS atau Academic Health System yang tujuan salah satunya adalah kolaborasi untuk pengabdian kepada masyarakat, utamanya pada peningkatan kesehatan.
“Upaya yang dilakukan oleh RSTKA dan posko gabungan ini selalu kami tampilkan di setiap pertemuan. Sehingga kami harapkan ke depan muncul RSTKA-RSTKA lain karena kalua kita bergerak sendiri ke 17 ribu lebih pulau di Indonesia tentu kita tidak akan mampu,” tukasnya. [Bejatim]