https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

pemilihan ketum – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Pemilihan Ketum PBNU Alot, SAS Menang Pengalaman, Namun Gus Yahya Beruntung

Pemilihan Ketum PBNU Alot, SAS Menang Pengalaman, Namun Gus Yahya Beruntung

Nusantara7.com, Pemilihan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar Ke-34 NU diperkirakan bakal alot. Incumbent KH Said Aqil Siroj (SAS) disebut memiliki pendukung yang solid. Meski demikian, desakan regenerasi yang diusung kubu KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, gaung desakan itu kini semakin kuat.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengungkapkan, sebagai incumbent, SAS memiliki keunggulan dengan kiprahnya memimpin NU selama dua periode. Tentunya, kata Adi, para pengurus cabang maupun wilayah memperhitungkan hal tersebut.

Belum lagi dukungan beberapa kiai sepuh. ”Pernyataan kiai sepuh bahwa beliau cukup mampu mengemban amanah memajukan NU,” jelas Adi kemarin (9/12).

Meski demikian, di sisi lain, Gus Yahya sebagai penantang juga tidak boleh diremehkan. Beberapa isu diperkirakan bakal cukup mengganggu langkah SAS menuju kursi Ketum untuk kali ketiga.

Di antaranya, isu kedekatan dengan pemerintah. Dalam beberapa kesempatan, pria asal Cirebon itu memuji kinerja Presiden Joko Widodo. Saat mengumumkan kesediaannya maju kembali pada Rabu (8/12), SAS bahkan berencana memberikan gelar bapak infrastruktur kepada Jokowi. SAS juga menyebut Jokowi sukses memimpin Indonesia di masa pandemi.

Belum lagi fakta bahwa SAS adalah komisaris utama PT Kereta Api Indonesia.

Di sisi lain, Gus Yahya mengambil diferensiasi dengan mencitrakan langkah-langkah politik yang berjarak dengan kekuasaan. Terbukti absennya Gus Yahya dalam dukungan kepada setiap kader NU yang bertarung pada kontestasi politik. Dia juga jarang terlihat tampil dalam acara-acara politik.

Hal itu dibaca oleh Adi sebagai citra NU kembali ke khitah yang coba ditunjukkan Yahya. ”Gus Yahya berusaha membawa kembali aura politik Gus Dur. Dengan berkunjung ke Israel, misalnya,” jelas Adi.

Kemudian, yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan adalah dukungan sang adik, yakni Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Menurut Adi, Yaqut memiliki kekuatan berupa jaringan Kementerian Agama di bawahnya.

Meski demikian, menurut Adi, faktor-faktor seperti isu kedekatan dengan pemerintah dan kunjungan ke Israel tidak akan banyak berpengaruh terhadap preferensi pilihan Ketum PBNU oleh para pemilik suara, yakni PWNU dan PCNU.

Menurut dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, para pengurus PCNU dan PWNU mawas diri agar jangan sampai memilih atau mendukung kandidat yang kalah. Sebab, hal tersebut bisa membawa kerugian jangka panjang bagi mereka. ”Kalau sampai memilih yang kalah, maka akan mengganggu pada karier politik mereka di struktural NU,” katanya.

Sementara itu, seruan regenerasi di tubuh PBNU semakin kencang. Menurut Ketua PWNU Sulawesi Tengah Abdullah Latupada, regenerasi sangat penting, bahkan niscaya, bagi sebuah organisasi. Apalagi NU. Oleh karena itu, dia menyatakan bahwa PWNU Sulteng tegas menginginkan regenerasi kepemimpinan di NU. (jwp)

Calon Ketum PBNU Said Aqil-Yahya Staquf Saling Klaim Dapat Dukungan Mayoritas

Calon Ketum PBNU Said Aqil-Yahya Staquf Saling Klaim Dapat Dukungan Mayoritas

Nusantara7.com, Kontestasi pemilihan pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin hangat. Dua petinggi NU telah mendeklarasikan maju sebagai calon ketua umum PBNU. Yakni, petahana KH Said Aqil Siroj dan Katib Am PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Deklarasi itu diikuti dengan aksi saling klaim dukungan dari kubu masing-masing. Semua sama-sama mengaku mendapat dukungan mayoritas dari PWNU dan PCNU.

Kemarin (8/12) Said Aqil Siroj resmi menyatakan akan kembali maju dalam pemilihan ketua umum PBNU pada Muktamar Ke-34 NU di Lampung. Said menyatakan bahwa kesediaannya maju lagi untuk memenuhi permintaan para tokoh dan kiai sepuh NU.

Para kiai tersebut, kata pria kelahiran Cirebon itu, memintanya kembali memimpin PBNU untuk periode selanjutnya. Setelah menerima permintaan tersebut, Said mengatakan melakukan perenungan panjang. Diikuti Istikharah dan ziarah ke beberapa makam aulia seperti Sunan Gunung Jati Cirebon, Sunan Ampel Surabaya, Syaichona Cholil Bangkalan, Habib Luar Batang Jakarta, serta makam-makam pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syamsuri. Juga makam Gus Dur. ”Alhamdulillah, saya mendapatkan ketenangan dan kemantapan hati. Akhirnya saya memutuskan untuk memenuhi permintaan para kiai,” papar Said di hadapan awak media kemarin.

Jika benar-benar terpilih, Said akan menjadi orang kedua yang memimpin NU selama tiga periode setelah sebelumnya Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Said memimpin NU sejak Maret 2010. Menurut alumnus Universitas Ummul Qura, Makkah, itu, tidak ada larangan dalam AD-ART NU yang membatasi masa jabatan ketua umum PBNU. Said mengklaim mendapatkan dukungan dari 28 pengurus wilayah NU (PWNU) se-Indonesia. Kemudian disertai 364 pengurus cabang NU (PCNU).

Pendukung Gus Yahya Rapatkan Barisan

Para pendukung KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terus melakukan konsolidasi untuk memantapkan dukungan. Salah satu motor pendukung Gus Yahya adalah PWNU Jatim. Sekretaris PWNU Jatim Prof Akhmad Muzakki kemarin kembali menegaskan dukungan kepada KH Miftachul Akhyar (Kiai Miftach) sebagai calon rais am dan Gus Yahya sebagai calon ketua umum. Muzakki mengatakan, keputusan itu diambil melalui rapat gabungan antara jajaran syuriah dan tanfidziyah. ”Sudah klir. Itu rapat resmi dan memenuhi kuorum,” tegasnya.

Dia menjelaskan, dukungan tersebut merupakan usulan dari PCNU-PCNU di Jatim. ”Cabang-cabang datang sendiri ke kantor PWNU. Mereka meminta PWNU mengusulkan Kiai Miftach dan Gus Yahya,” katanya. Selain itu, PWNU mengakomodasi masukan dari para kiai sepuh pimpinan pondok pesantren besar di Jatim. Misalnya, Pesantren Lirboyo dan Ploso. ”Dawuh para kiai sepuh itu sesuai juga dengan aspirasi cabang-cabang,” ujarnya.

PWNU Jatim juga berkomunikasi dengan jajaran PWNU se-Indonesia. ”Sampai tadi malam, dari 34 PWNU, sudah 28 yang menyatakan mendukung Kiai Miftach dan Gus Yahya,” tegasnya. Dukungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk surat resmi yang ditandatangani rais am, katib am, serta ketua dan sekretaris PWNU.

Jumlah dukungan dari PWNU yang disebut Muzakki itu sama dengan yang diklaim Said Aqil Siroj. Dikonfirmasi mengenai hal itu, Muzakki membantah. ”Jadi, kalau ada yang mengaku didukung 28 PWNU, itu sudah pasti tidak valid. Kita tidak mungkin main klaim karena dukungan itu ada surat resminya,” jelas guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, tersebut.

Ketua PWNU Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Masnun Tahir juga menegaskan bahwa 27 PWNU berada di barisan Kiai Miftach dan Gus Yahya. ’’Kalau ada yang mengklaim kan boleh-boleh saja. Namun, klaim itu harus didasarkan pada bukti,” jelasnya.

Menurut Masnun, mayoritas pengurus PWNU menghendaki regenerasi di NU. Hal itu, lanjut dia, lazim di semua organisasi besar. Harus ada pembatasan masa jabatan pemimpinnya. ’’Jadi, setiap orang ada batasnya. Kemudian setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya,” katanya. Masnun menyebutkan bahwa regenerasi organisasi itu juga didukung Kiai Miftach.

Adu Program

Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf sama-sama punya program unggulan untuk NU mendatang. Said mengatakan, permintaan utama PWNU dan PCNU agar dirinya maju lagi adalah meneruskan program-program unggulan terobosan dalam lima tahun ke depan. Terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Di antaranya, pembangunan universitas NU dan institut teknologi NU. Sampai hari ini, perguruan tinggi NU sudah mencapai 43 unit. ”Ketika periode menteri Pak Nuh ada 24, Menteri Pak Nasir (Menristekdikti Moh. Nasir, Red) ada 38, kemudian di periode Pak Nadiem tambah 5 sehingga menjadi 43,” jelasnya.

Kemudian, program pengiriman mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 ke berbagai perguruan tinggi dunia seperti Eropa, Amerika, Australia, Rusia, Tiongkok, dan India untuk sains dan teknologi serta ke Yaman, Maroko, dan Mesir untuk ilmu-ilmu keislaman.

Said juga menyinggung soal sikap tegas NU pada dinamika geopolitik dunia, utamanya konflik Palestina-Israel. Said tegas menyatakan bahwa selama Israel tidak mengakui Palestina, NU pun tidak akan mengakui Israel. Jika Israel mengakui Palestina, baru kemudian perundingan damai bisa dilakukan. ’’Tapi, damai yang hakiki. Bukan diplomatis dan politik. Selama tidak ada itu, NU tidak mengakui Israel, apalagi sampai datang ke sana,” katanya.

Pernyataan Said tersebut seakan menyindir Gus Yahya yang sempat menghadiri undangan American Jewish Committee (AJC) dan menjadi pembicara dalam forum mereka pada 2018.

Sementara itu, Gus Yahya mengakui secara terbuka menawarkan diri untuk dipilih sebagai ketua umum PBNU dalam muktamar. Alasannya, dia melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU dengan segera. ’’Perlu ada transformasi konstruksi organisasi supaya NU bisa lebih optimal mengaktualisasikan potensinya,’’ tuturnya.

Dia menambahkan, NU adalah ormas Islam yang sangat besar. Bahkan, menurut sebuah survei, yang mengaku secara terbuka sebagai nahdliyin berjumlah lebih dari 50 persen dari populasi muslim di Indonesia. Hal itu membuat PBNU menjadi ormas yang berwibawa. ’’Persoalannya, wibawa itu hanya aktual di tingkat PBNU dan daerah yang komunitas NU-nya tebal,’’ katanya. Di daerah yang komunitas NU-nya tipis, kebesaran NU tidak teraktualisasi. ’’Sehingga kepengurusan di sana itu terbatasi kemampuannya untuk mengaktualisasi potensi NU,’’ ucapnya.

Jika terpilih sebagai ketua umum PBNU, Gus Yahya ingin mengusulkan agar pelaksanaan program di lingkungan NU dibalik. Pelaksana kegiatan tidak lagi di pusat, tapi di daerah. Tugas PBNU nanti mencarikan atau membangun program-program untuk dieksekusi cabang-cabang. ’’Jelas akan ada kebutuhan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain, baik pemerintah maupun swasta,’’ ungkapnya. Jika kerja sama itu terjalin, PBNU secara otomatis harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kepada partner kerja sama. Namun, karena program dilaksanakan di cabang-cabang, PBNU harus terus-menerus memantau dan mengadvokasi pelaksanaan program di cabang. ’’Ini akan memicu konsolidasi struktural PBNU dengan jaringan PWNU dan PCNU di Indonesia. Kalau sudah begitu, kita bisa melihat agenda nasional digerakkan di bawah secara serentak. ’’PBNU yang menyuplai program, cabang-cabang yang berjalan. Dengan begitu, masyarakat setempat akan melihat peran NU,’’ katanya.

Peserta resmi muktamar NU yang akan diselenggarakan pada 23–25 Desember 2021 ini berjumlah 2.295 orang. Mereka berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), serta 14 badan otonom (42 orang) dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat. Selain itu, ditambah pula utusan PBNU dari unsur syuriah (32 orang), mustasyar (15 orang), a’wan (20 orang), dan tanfidziyah (38 orang), ditambah jumlah panitia 336 orang.

(jwp)