Nusantara7.com- Pemerintah terus berupaya meningkatkan relevansi kurikulum di pendidikan tinggi dengan dunia industri. Tujuannya, riset dan inovasi di perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Nizam menyampaikan jangan sampai terjadi broken link antara perguruan tinggi dengan dunia usaha.
Andai broken link ini terjadi, maka inovasi atau riset di perguruan tinggi tidak relevan dengan kebutuhan dunia industri. Di antara cara mencegah broken link itu, dengan membuat fleksibilitas dalam kurikulum perguruan tinggi. Seperti memperbanyak kesempatan mahasiswa untuk terjun di dunia kerja atau dunia industri.
Sebaliknya kampus juga terbuka untuk dunia industri atau dunia kerja dalam proses pembelajaran. Misalnya pelibatan tenaga ahli atau tenaga terampil dalam pembelajaran.
“Kami berupaya menjamin tidak terjadi broken link antara kampus dengan kebutuhan dunia kerja,” kata Nizam dalam pembukaan International Seminar of Science and Technology for Society Development (ISST) 2021 Universitas Terbuka (UT), Kamis (14/10).
Lebih lanjut Nizam mengatakan, saat ini terdapat tantangan yang luar biasa. Di tengah perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0 diperkirakan ada 23 juta pekerjaan yang bakal digantikan oleh robot atau sistem komputasi. Tetapi, di balik ancaman tersebut, kemajuan teknologi juga membuka peluang 27 juta sampai 46 juta juta pekerjaan baru.
“Kami terus berupaya menyiapkan mahasiswa. Supaya memiliki skill sesuai dengan kondisi market yang semakin kompetitif,” jelasnya.
Nizam mengatakan, Pemerintah terus berupaya mengolaborasikan perguruan tinggi dengan dunia industri. Dia meyakini bahwa inovasi tetap menjadi tulang punggung kemajuan Indonesia ke depannya.
Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga menyampaikan perguruan tinggi menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi produk merah putih. Ada sejumlah penekanan untuk perguruan tinggi. Yaitu pengembangan iptek hijau atau sustainable development, membangun iptek biru yang berbasis sumber daya maritime, akselerasi transformasi digital, serta inovasi pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. (jwp)