https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

kementerian pertanian – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Produksi pangan terjaga, Presiden apresiasi Mentan dan petani

Produksi pangan terjaga, Presiden apresiasi Mentan dan petani

Nusantara7.com, Jakarta – Presiden RI Joko Widodo mengapresiasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan para petani Indonesia karena terus menjaga produksi pangan, terutama beras, sehingga stok dan harga bahan pokok tersebut di pasar terjaga.

Presiden Jokowi pada puncak peringata Hari Keluarga Nasional Ke-29 Tahun 2022 di Medan, Sumatera Utara, Kamis, menuturkan karena stok beras yang mencukupi di dalam negeri, Indonesia tidak pernah impor beras dalam 3 tahun terakhir.

“Biasanya kita impor 1,5 juta ton, 2 juta ton. Ini sudah tidak impor lagi. Ini Menteri Pertanian (Mentan) hadir di sini. Terima kasih Pak Menteri,” kata Presiden.

Presiden mengapresiasi para petani Indonesia karena ditribusinya menjaga ketersediaan pangan bagi masyarakat di tengah gejolak rantai pasok pangan dunia akibat konflik militer antara Ukraina dan Rusia.

Menurut Presiden, harga pangan dunia mengalami kenaikan 30 sampai 50 persen karena terhambatnya pasokan akibat perang Rusia dan Ukraina. Namun, kata Presiden, Indonesia beruntung karena petani terus berproduksi sehingga stok pangan, terutama beras, memenuhi kebutuhan domestik.

“Kita ini masih untung. Alhamdulillah, rakyat kita utamanya petani masih berproduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik. Semoga saja tidak naik. Karena stoknya selalu ada,” ungkap Presiden.

Menurut keterangan Kementerian Pertanian (Kementan), produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, kemudian meningkat pada tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan pada tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton.

Ketersediaan dan harga beras yang relatif stabil di Indonesia, kata Presiden, patut disyukuri. Negara-negara lain di Afrika dan Asia, kata Presiden, mulai mengalami kekurangan pangan, bahkan kelaparan akrena tersendatnya pasokan komoditas pangan.

Karena itu pula, Presiden menekankan pentingnya kemandirian pangan bagi masyarakat Indonesia. Presiden mengajak kepada eluruh bupati dan wali kota untuk memanfaatkan lahan-lahan sekecil di daerah masing-masing apa pun untuk ditanam bibit pangan sehingga dapat memproduksi kebutuhan pangan sehari-hari.

“Jangan sampai ada lahan kosong, memanfaatkan untuk asupan gisi anak kita karena kita menanam di mana pun itu tumbuh dan bisa kita panen. Itu penting sekali karena anak-anak kita, pada hari ini adalah penentu wajah masa depan Indonesia,” kata Presiden.

Sementara itu, Mentan Syahrul mengatakan bahwa ketersediaan beras dalam kondisi aman pada tahun 2022 sehingga kedepan Indonesia tidak perlu impor.

Dikutip dari siaran pers Kementan, Peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Riyanto menyebutkan tercukupinya stok beras sebagai bukti keberhasilan kerja pemerintah dan Menteri Pertanian dalam menyelesaikan semua arahan dan perintah dari Presiden Jokowi.

“Biasanya Indonesia mengimpor beras. Akan tetapi saat bersama Mentan SYL (Syahrul Yaisn Limpo), saya lihat beras di Indonesia cukup, bahkan cenderung surplus atau jumlahnya berlebih. Semua bias dikendalikan dalam waktu 3 tahun terakhir ini,” katanya. [ant]

Target 1 juta ton, Kementerian Pertanian upayakan perbaikan standarisasi kualitas kedelai lokal

Target 1 juta ton, Kementerian Pertanian upayakan perbaikan standarisasi kualitas kedelai lokal

Nusantara7.com, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) mengupayakan perbaikan standarisasi kualitas kedelai lokal agar bisa diterima dan digunakan oleh produsen tahu dan tempe, seiring upaya peningkatan produksi dengan target 1 juta ton yang sedang dilakukan.

Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengakui bahwa kualitas kedelai lokal tidak terstandarisasi dengan baik dan memiliki kualitas yang berbeda-beda.

“Kalau bicara kualitas, memang kita akui petani itu modalnya kurang, dampaknya dia menjual masih hijau, cepat-cepat, hasil panennya kedelai masih hijau sudah dijual sehingga kalau dipanen itu kan campur antara kuning dan hijau, itu tidak disukai oleh produsen tempe,” kata Yuris.

Namun dia mengatakan Kementerian Pertanian pada tahun ini mulai memperbaiki standarisasi kualitas kedelai dan juga proses pascapanen, beriringan dengan peningkatan produksi dengan target 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.

“Kita sudah coba dengan tahun ini, mencoba pascapanen yang lebih bagus. Dengan kita bantu dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani tidak tergantung pada panen yang masih hijau sudah diambil, sehingga hasil panennya bisa optimal. Ditambah proses pasca panen bagus insya Allah nanti pedagang tempe akan puas,” katanya.

Yuris juga mengungkapkan alasan produsen tahu dan tempe tidak melirik kedelai lokal, selain kualitas standarisasi yang lebih rendah dibandingkan kedelai impor, harga kedelai lokal juga lebih tinggi.

Dia mengatakan bahwa petani tidak bisa menjual kedelai dengan harga yang lebih rendah karena sudah sesuai dengan harga acuan produsen yaitu Rp8.500 per kg.

“Kedelai impor itu harganya dulu di bawah Rp8.500, pada posisi sekarang kedelai impor kan susah nih karena kedelai Brasil dan Amerika diborong China, dampaknya ke Indonesia berkurang. Di sisi lain di Indonesia kedelai lokalnya sudah sampai seharga sekarang ini di Rp9.000 sampai Rp10.000, nah mereka tidak kuat, kira-kira begitu,” kata Yuris. (ant)