https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

gus yahya – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Ketua PBNU Gus Yahya : Harap PPP bangkit dan bangun peradaban masa depan

Ketua PBNU Gus Yahya : Harap PPP bangkit dan bangun peradaban masa depan

Nusantara7.com, Malang – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengharapkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mampu bangkit dan membangun peradaban masa depan yang mempersatukan masyarakat Indonesia.

Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf pada peringatan puncak Hari Lahir ke-49 PPP di Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan partai politik yang lahir pada 1973 itu diharapkan menjadi partai pemersatu masyarakat untuk membangun peradaban masa depan.

“Saya berharap PPP ini sungguh-sungguh bisa bangkit menjadi partai yang mempersatukan masyarakat untuk membangun peradaban masa depan,” katanya.

Ia sangat berharap PPP bisa menjadi elemen strategis yang menjadi senyawa dan energi bangsa Indonesia untuk membangun peradaban masa depan yang damai bagi seluruh umat manusia.

Menurut Gus Yahya, jika PPP ingin mendapatkan konstituen yang saat ini didominasi generasi milenial, maka tidak mungkin jika hanya menawarkan sejarah dan masa lalu partai. Namun, PPP harus bisa menawarkan masa depan kepada generasi itu

“Mereka (generasi milenial) tidak punya hubungan sama sekali dengan masa lalu. Jadi yang masuk akal, yang rasional dan strategis, adalah dengan menawarkan masa depan,” katanya.

Ia menambahkan untuk membangun peradaban masa depan tersebut, juga dibutuhkan sosok pimpinan yang memiliki dua karakter utama. Dua karakter utama seorang pemimpin untuk membangun masa depan Indonesia itu adalah luwes dan ulet.

“Saya yakin PPP mampu, punya potensi untuk itu karena ketua umumnya Pak Suharso. Beliau luwes dan ulet,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan milik masyarakat Indonesia dan tidak hanya milik satu partai tertentu. PBNU mendukung penuh PPP untuk membangun masa depan Indonesia yang mempersatukan bangsa.

“Kalau tadi dikatakan bahwa NU ini milik semua orang, itu adalah realita. Memang milik semua orang. Dan NU ingin mengajak semua orang, untuk bersatu bersama-sama membangun masa depan,” ujarnya.

PPP didirikan pada 5 Januari 1973 yang merupakan hasil penggabungan empat partai berbasis Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia, dan Partai Islam Perti.

PPP dipelopori KH Idham Chalid, H Mohammad Syafaat Mintaredja, H Anwar Tjokroaminoto, H Rusli Halil, dan H Mayskur. Dengan bergabungnya partai-partai besar berbasis Islam tersebut, PPP memproklamirkan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam. (atr)

Gus Yahya tunjuk Khofifah dalam jajaran ketua tanfidziyah PBNU

Gus Yahya tunjuk Khofifah dalam jajaran ketua tanfidziyah PBNU

Nusantara7.com, Surabaya – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan bahwa NU perlu peran Khofifah Indar Parawansa karena memiliki kemampuan sebagai seorang teknokrat.

“Itu alasan saya mengapa memilih Khofifah Indar Parawansa sebagai perempuan pertama yang masuk jajaran Ketua Tanfidziyah PBNU,” ujar Gus Yahya ditemui usai Silaturahim Harlah Ke-96 NU di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu malam.

Ia mengaku bahwa memilih Khofifah, termasuk Alissa Wahid, di struktural PBNU bukan karena masalah gender, tetapi lebih ke kualitas dan kebutuhan peran keduanya.

“Kalau ada yang lebih baik dari Mbak Khofifah, mungkin dia tidak saya ajak masuk. Bagi yang mempertanyakan kualitasnya, cari yang lebih baik dan tunjukkan ke saya. Tapi, saya yakin di Indonesia tak ada yang lebih teknokrat dari dia,” ucapnya.

Ketum PBNU menginginkan di tubuh ormas yang saat ini dipimpinnya bisa diurus laksana pemerintahan sehingga diperlukan kecakapan teknokrasi.

Ia mengenang saat menjadi juru bicara Presiden Gus Dur beberapa tahun lalu, yang sampai sekarang tak berani ditanyakan alasan memilih Khofifah langsung terjun ke eksekutif, bahkan sampai menjadi menteri.

Selain menjadi menteri di era Presiden Gus Dur, Khofifah juga pernah dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sosial, lalu sekarang menjabat sebagai Gubernur Jatim.

Ia juga akan meminta Khofifah berkeliling ke seluruh PWNU se-Tanah Air untuk mengajar tentang pendidikan teknokrasi kepada seluruh pengurus, baik di tingkat provinsi maupun cabang.

“Tapi, sebelum ke luar provinsi, tolong ajarkan tentang teknokrasi di tubuh PWNU Jatim. Setelah tingkat provinsi, kemudian cabang-cabang,” kata Gus Yahya.

“Sekali lagi, saya minta Bu Khofifah sebagai ketua untuk mengajarkan tentang bagaimana mengelola dan membangun teknokrasi di tubuh NU,” katanya menambahkan.

Di sisi lain, pada kesempatan tersebut turut hadir sejumlah pengurus tanfidziyah, rais syuriah PBNU maupun Ketua PWNU se-Tanah Air.

Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul menjelaskan bahwa rangkaian Harlah NU puncaknya digelar di Kabupaten Bangkalan, Madura, yang dipilih karena menjadi tanah kelahiran Kiai Haji Syaichona Kholil. (atr)

ISNU Harap Gus Yahya bawa NU bangun jejaring teknologi informasi

ISNU Harap Gus Yahya bawa NU bangun jejaring teknologi informasi

Nusantara7.com, Surabaya – Wakil Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur Dedy Rahman Prehanto berharap NU di bawah pimpinan Kiai Haji Yahya Cholil Staquf mampu membangun jejaring di bidang teknologi informasi.

“Ini agar mendorong warga Nahdliyin membangun pergaulan, jejaring, dan ekosistem di bidang teknologi informasi di lingkungan NU,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Senin.

Tujuannya, kata dia, diharapkan semakin menjadikan teknologi informasi sebagai media dakwah dan informasi, mengingat perkembangannya saat ini sangat pesat, terutama bagi kaum milenial.

“Semoga dengan terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU dapat lebih memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan roda organisasi,” ucap dia.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FT Universitas Negeri Surabaya tersebut juga  mengucapkan selamat atas terpilihnya Gus Yahya menjadi orang nomor satu di NU masa khidmat 2021-2026 pada Muktamar Ke-34 di Provinsi Lampung.

Dalam pandangannya, terpilihnya Gus Yahya yang dulunya pernah menjadi Juru Bicara Kiai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentunya sangat memberikan dampak yang positif bagi NU.

Menurut dia, Gus Yahya sangat cocok dan pas memimpin PBNU dengan kapasitas dan kapabilitas serta rekam jejak yang disebutnya luar biasa.

“Selamat kepada Gus Yahya. Semoga dengan terpilihnya beliau sebagai ketua umum PBNU dapat membuat Nahdlatul Ulama semakin berkembang ke depannya,” tutur Dedy. (ant)

Wakil Ketua KPK Harap Gus Yahya pimpin gerakan sosial jihad lawan korupsi

Wakil Ketua KPK Harap Gus Yahya pimpin gerakan sosial jihad lawan korupsi

Nusantara7.com, Jember – Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron berharap terpilihnya Kiai Haji Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2021-2026 dapat memimpin gerakan sosial jihad melawan korupsi.

“Kami menyampaikan selamat dan mendoakan semoga NU berkah dalam kepemimpinan Kiai Haji Miftahul Akhyar dan Kiai Haji Yahya Cholil Staquf yang telah terpilih sebagai Rois Am dan Ketua Tanfidz PBNU dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung,” katanya dalam pesan singkat yang diterima ANTARA di Kabupaten Jember, Jumat malam.

Menurut ia, KPK berharap NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia yang terus berdedikasi pada perjuangan melahirkan, menjaga dan merawat Indonesia.

“Kini Indonesia yang diharga-matikan oleh NU sedang berjuang melawan korupsi karena keadilan dan kesejahteraan Indonesia yang dicitakan pendiri bangsa terhambat dan bisa gagal karena korupsi, korupsi telah merasuk ke semua sendi dan sektor bangsa,” tuturnya.

Ia mengatakan tidak boleh ada yang tertinggal dan diam dalam perjuangan pemberantasan korupsi, sehingga segenap elemen bangsa harus mengambil bagian dalam gerakan anti korupsi.

“Kami berharap NU istiqomah dan menjadi terdepan dalam gerakan moral dan gerakan sosial dalam memberantas dan membersihkan korupsi dari bumi Indonesia,” ucap mantan Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember itu.

Ghufron menilai kebesaran NU dari sisi nilai maupun jumlah jamaahnya diharapkan mampu memotori gerakan sosial anti korupsi karena saatnya NU kembali tampil menjadi pemimpin perjuangan dan jihad melawan korupsi.

Kiai Haji Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 setelah unggul dari petahana Kiai Haji Said Aqil Siroj, dalam pemilihan yang dilaksanakan pada Muktamar Ke-34 NU di Lampung.

Gus Yahya meraih 337 suara, sedangkan Kiai Said Aqil memperoleh suara 210 dari total 548 suara yang masuk, baik dari pengurus cabang, wilayah maupun luar negeri, sementara yang dinyatakan tidak sah satu suara. (ant)

Gus Yahya : Tidak ada capres dan cawapres Pemilu 2024 dari PBNU

Gus Yahya : Tidak ada capres dan cawapres Pemilu 2024 dari PBNU

Nusantara7.com, Jakarta – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan tidak ada calon presiden atau wakil presiden dari PBNU pada Pemilu 2024.

“Saya tidak mau ada calon presiden dan wakil presiden dari PBNU,” katanya di Jakarta, Minggu.

Gus Yahya merupakan salah seorang kandidat kuat sebagai ketua umum PBNU pada Muktamar NU ke-34 di Lampung, 22-23 Desember 2021.

“Mari istrahat dulu, mari sembuhkan dulu luka-luka dan mengutuhkan kembali polarisasi yang sudah terjadi,” pesannya.

Dia menegaskan yang perlu dilakukan saat ini adalah mengembalikan marwah NU dengan cita-cita peradaban yang mulia bagi seluruh umat manusia.

“Salah satu cara memperjuangkan adalah kemaslahatan Indonesia,” ujarnya.

Gus Yahya tidak menyangkal jika ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan PBNU untuk kepentingan pribadi hingga kepentingan politik.

“Mari kita gunakan cara berpikir Gus Dur dengan mengutamakan kepentingan bangsa. Beliau tidak pernah peduli dengan kepentingan sendiri atau kelompok,” kata Gus Yahya menegaskan.

Namun, ia menegaskan tidak berprasangka negatif terhadap berbagai macam kepentingan itu, karena bagi dia hal yang wajar.

“Setiap orang punya kepentingan, tetapi bagaimana saya ajak untuk mengejar kepentingan masing-masing melalui cara untuk membawa maslahat untuk semua orang,” jelas Gus Yahya.

Menurut dia, perlu dilakukan adalah mencari cara agar berbagai macam kepentingan itu dapat terlayani dan di sisi lain, kemuliaan yang di cita-citakan juga tercapai dan terlayani dengan baik.

Gus Yahya menyebut salah satu alasannya maju sebagai ketua umum PBNU untuk menghidupkan kembali idealisme, visi, dan cita-cita KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Alasan mencalonkan sebagai ketua umum PBNU merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali Gus Dur,” ungkapnya.

Kata dia, idealisme, visi dan cita-cita Gus Dur masih relevan sampai sekarang. Secara sosiologis dia melihat hal itu masih akan relevan hingga puluhan tahun akan datang.

Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 dijadwalkan pada 22-23 Desember 2021 di Lampung. Dua kandidat yang diperkirakan berkompetisi yakni Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Ketua Umum PBNU saat ini KH Said Aqil Siroj.

Muktamar NU diperkirakan diikuti sebanyak 2.295 peserta berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), 14 badan otonom (42 orang), dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat.

Selain itu, ditambah pula utusan PBNU dari unsur syuriyah (32 orang), mustasyar (15 orang), a’wan (20 orang), dan tanfidziyah (38 orang) ditambah jumlah panitia sebanyak 336 orang.

(ant)

Guru Besar UIN Zainul Puji Konsep Gus Yahya Soal Perdamaian Global Model NU

Guru Besar UIN Zainul Puji Konsep Gus Yahya Soal Perdamaian Global Model NU

Nusantara7.com, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf gencar menawarkan konsep perdamaian model NU lewat gerakan Islam ‘Washatiyah’. Gerakan yang dikenal sebagai Islam Moderat ini dianggap sebagai hal yang ampuh dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih baik dan bermartabat

“Gagasan perdamaian itu diwujudkan melalui konsensus Islam ‘Rahmatan Lil Alamin’ untuk menciptakan tatanan dunia yang penuh dengan kedamaian,” ujar Gus saat menawarkan strategi perdamaian global model NU pada acara International Conference On Islam and Human Rights (ICIHR).

Merespons hal itu, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Media Zainul Bahri mengatakan, konsep perdamaian model NU lewat gerakan Islam ‘Washatiyah’ atau Islam Moderat dalam narasi ‘Rahmatan Lil Alamin’ yang ditawarkan oleh Gus Yahya kepada dunia internasional sudah tepat.

“Kalau pada level dunia menurut saya kata kuncinya Rahmatan Lil Alamin itu maksudnya adalah Kosmopolitanisme Islam, kalau pada level nasional misalnya mungkin itu yang disebut Islam Indonesia atau Islam Nusantara, di mana nilai-nilai atau perangkat nilai-nilai Islam itu compatible dengan budaya adat istiadat dan kehidupan sehari-hari umat Islam yang manfaatnya bisa dirasakan oleh non-muslim,” kata Zainul.

Karena itu, menurut Zainul, NU sebetulnya banyak memiliki sosok potensial seperti Gus Yahya yang diharapkan melanjutkan perjuangan Gus Dur sebagai perwakilan tokoh Muslim Indonesia pada level dunia untuk menawarkan konsep perdamaian model NU di dunia internasional.

“Saya kira di NU ini yang diharapkan adalah Yahya Staquf karena gak ada lagi sekarang siapa yang diharapkan, tokoh muslim Indonesia pada level dunia dalam melanjutkan perjuangan Gus Dur dulu di Israel, Amerika mengkampanyekan perdamaian dunia gitu” ungkapnya

Menurutnya, model perdamaian global ala NU yang ditawarkan Gus Yahya akan mudah diterima oleh dunia. Pertama, dilihat dari segi spirit dan nilai-nilai yang jadi fondasi model itu bersifat universal yakni berbasis pada nilai Islam yang “rahmatan lil ‘alamin”.

Kedua, lanjutnya, sosok Gus Yahya sendiri yang memiliki reputasi tidak hanya tingkat nasional tapi internasional dalam mengadvokasi perdamaian dunia. Meski pada implementasinya tidak mudah dan butuh kesepakatan bersama dunia internasional, namun upaya yang dilakukan oleh Gus Yahya telah mendapatkan apresiasi pemimpin global.

“Yang itu kemudian ternyata diakui juga oleh elite di Amerika, itu implementasi dari Rahmatan Lil Alamin yang luar biasa menurut saya,” ujarnya.

Zainul berpendapat, dewasa ini gagasan Gus Yahya banyak didengar oleh mayoritas kalangan anak muda muslim di Indonesia, terutama generasi muda Nahdliyyin, meskipun kurang mendapat tempat bagi kelompok konservatif.

“Kalau kelompok-kelompok konservatif ya gak mau dengar Yahya Staquf, tapi saya melihat komunitas anak-anak muslim dan anak-anak muda Nahdliyyin ya mereka mau mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Yahya Staquf,” jelasnya.

Di satu sisi, lanjut Zainul, apa yang dilakukan oleh Gus Yahya ini melanjutkan perjuangan almarhum Gus Dur dahulu, dan Ia berharap ketokohan Gus Yahya di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang nyata pada level dunia.

“Saya merasa bahwa ini adalah melanjutkan perjuangan Gus Dur dulu di Israel, Amerika dan lain-lain mengkampanyekan perdamaian dunia. Saya kira di NU ini yang diharapkan adalah ketokohan Yahya Staquf sebagai tokoh muslim Indonesia yang memiliki kapasitas dan dapat berperan dalam perdamaian dunia,” ujarnya.

Sebelumnya, Gus Yahya menuturkan, konsensus Islam melalui spirit Islam Rahmatan Lil Alamin yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan kuat serta universal, sehingga efektif dan kontributif dalam penciptaan perdamaian dunia.

“Dunia bisa memilih gagasan Rahmatan Lil Alamin ini. Jika jalan ini menjadi konsensus sosial dan aspirasi fundamental dari seluruh masyarakat, maka ini bisa menjadi penentu setiap pemerintah atau negara dalam pergaulan di internasional,” kata Gus Yahya yang dikutip dari pernyataannya dalam acara International Conference On Islam and Human Rights (ICIHR) 2021 di kanal Youtube Kementerian Agama, Kamis (16/12).

Gus Yahya menuturkan, sebelum mewujudkan kedamaian secara global, perlu usaha untuk mengidentifikasi terlebih dahulu nilai-nilai dasar yang menjadi kesepakatan bersama.

“Kesamaan tujuan kolektif itu hanya bisa terbentuk jika setiap orang memiliki kesadaran untuk saling menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sifat hak asasi ini sangat lah global. Sehingga bisa menembus berbagai latar belakang, kewilayahan hingga kepentingan,” ungkapnya.

Gus yahya yang juga Dzuriyah kiai besar, yakni cucu KH Bisri Mustofa dan putra KH Cholil Bisri ini menyampaikan melalui NU, ia tak henti mengampanyekan nilai-nilai hak asasi manusia yang sangat universal itu baik di level masyarakat bawah hingga dunia internasional.

“Model perdamaian Islam Rahmatan Lil Alamin yang diusung NU terbukti sangat relevan untuk membangun konsensus sosial di berbagai wilayah. Saya selalu berupaya mengajak atau memperkuat gerakan perdamaian di tingkat akar rumput hingga membentuk konsensus sosial. Saya yakin itu bisa karena semua orang mau hidup dalam perdamaian,” ulas Gus Yahya yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Gus yahya yang juga calon Ketua Umum PBNU itu menjelaskan, NU memiliki komitmen besar untuk membangun perdamaian lewat gerakan Islam ‘washatiyah’ atau moderat dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih baik dan bermartabat.

Selain itu, Gus Yahya menyampaikan dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang perlu disepakati bersama agar semua pihak yang berbeda-beda pandangan dapat hidup rukun dan damai berdampingan.

“Dengan pendekatan ini maka adanya perbedaan-perbedaan keyakinan mengenai nilai-nilai yang tersisa harus disikapi dengan toleran.” Ujar Gus Yahya. (jwp)

Pemilihan Ketum PBNU Alot, SAS Menang Pengalaman, Namun Gus Yahya Beruntung

Pemilihan Ketum PBNU Alot, SAS Menang Pengalaman, Namun Gus Yahya Beruntung

Nusantara7.com, Pemilihan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar Ke-34 NU diperkirakan bakal alot. Incumbent KH Said Aqil Siroj (SAS) disebut memiliki pendukung yang solid. Meski demikian, desakan regenerasi yang diusung kubu KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, gaung desakan itu kini semakin kuat.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengungkapkan, sebagai incumbent, SAS memiliki keunggulan dengan kiprahnya memimpin NU selama dua periode. Tentunya, kata Adi, para pengurus cabang maupun wilayah memperhitungkan hal tersebut.

Belum lagi dukungan beberapa kiai sepuh. ”Pernyataan kiai sepuh bahwa beliau cukup mampu mengemban amanah memajukan NU,” jelas Adi kemarin (9/12).

Meski demikian, di sisi lain, Gus Yahya sebagai penantang juga tidak boleh diremehkan. Beberapa isu diperkirakan bakal cukup mengganggu langkah SAS menuju kursi Ketum untuk kali ketiga.

Di antaranya, isu kedekatan dengan pemerintah. Dalam beberapa kesempatan, pria asal Cirebon itu memuji kinerja Presiden Joko Widodo. Saat mengumumkan kesediaannya maju kembali pada Rabu (8/12), SAS bahkan berencana memberikan gelar bapak infrastruktur kepada Jokowi. SAS juga menyebut Jokowi sukses memimpin Indonesia di masa pandemi.

Belum lagi fakta bahwa SAS adalah komisaris utama PT Kereta Api Indonesia.

Di sisi lain, Gus Yahya mengambil diferensiasi dengan mencitrakan langkah-langkah politik yang berjarak dengan kekuasaan. Terbukti absennya Gus Yahya dalam dukungan kepada setiap kader NU yang bertarung pada kontestasi politik. Dia juga jarang terlihat tampil dalam acara-acara politik.

Hal itu dibaca oleh Adi sebagai citra NU kembali ke khitah yang coba ditunjukkan Yahya. ”Gus Yahya berusaha membawa kembali aura politik Gus Dur. Dengan berkunjung ke Israel, misalnya,” jelas Adi.

Kemudian, yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan adalah dukungan sang adik, yakni Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Menurut Adi, Yaqut memiliki kekuatan berupa jaringan Kementerian Agama di bawahnya.

Meski demikian, menurut Adi, faktor-faktor seperti isu kedekatan dengan pemerintah dan kunjungan ke Israel tidak akan banyak berpengaruh terhadap preferensi pilihan Ketum PBNU oleh para pemilik suara, yakni PWNU dan PCNU.

Menurut dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, para pengurus PCNU dan PWNU mawas diri agar jangan sampai memilih atau mendukung kandidat yang kalah. Sebab, hal tersebut bisa membawa kerugian jangka panjang bagi mereka. ”Kalau sampai memilih yang kalah, maka akan mengganggu pada karier politik mereka di struktural NU,” katanya.

Sementara itu, seruan regenerasi di tubuh PBNU semakin kencang. Menurut Ketua PWNU Sulawesi Tengah Abdullah Latupada, regenerasi sangat penting, bahkan niscaya, bagi sebuah organisasi. Apalagi NU. Oleh karena itu, dia menyatakan bahwa PWNU Sulteng tegas menginginkan regenerasi kepemimpinan di NU. (jwp)

Calon Ketum PBNU Said Aqil-Yahya Staquf Saling Klaim Dapat Dukungan Mayoritas

Calon Ketum PBNU Said Aqil-Yahya Staquf Saling Klaim Dapat Dukungan Mayoritas

Nusantara7.com, Kontestasi pemilihan pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin hangat. Dua petinggi NU telah mendeklarasikan maju sebagai calon ketua umum PBNU. Yakni, petahana KH Said Aqil Siroj dan Katib Am PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Deklarasi itu diikuti dengan aksi saling klaim dukungan dari kubu masing-masing. Semua sama-sama mengaku mendapat dukungan mayoritas dari PWNU dan PCNU.

Kemarin (8/12) Said Aqil Siroj resmi menyatakan akan kembali maju dalam pemilihan ketua umum PBNU pada Muktamar Ke-34 NU di Lampung. Said menyatakan bahwa kesediaannya maju lagi untuk memenuhi permintaan para tokoh dan kiai sepuh NU.

Para kiai tersebut, kata pria kelahiran Cirebon itu, memintanya kembali memimpin PBNU untuk periode selanjutnya. Setelah menerima permintaan tersebut, Said mengatakan melakukan perenungan panjang. Diikuti Istikharah dan ziarah ke beberapa makam aulia seperti Sunan Gunung Jati Cirebon, Sunan Ampel Surabaya, Syaichona Cholil Bangkalan, Habib Luar Batang Jakarta, serta makam-makam pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syamsuri. Juga makam Gus Dur. ”Alhamdulillah, saya mendapatkan ketenangan dan kemantapan hati. Akhirnya saya memutuskan untuk memenuhi permintaan para kiai,” papar Said di hadapan awak media kemarin.

Jika benar-benar terpilih, Said akan menjadi orang kedua yang memimpin NU selama tiga periode setelah sebelumnya Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Said memimpin NU sejak Maret 2010. Menurut alumnus Universitas Ummul Qura, Makkah, itu, tidak ada larangan dalam AD-ART NU yang membatasi masa jabatan ketua umum PBNU. Said mengklaim mendapatkan dukungan dari 28 pengurus wilayah NU (PWNU) se-Indonesia. Kemudian disertai 364 pengurus cabang NU (PCNU).

Pendukung Gus Yahya Rapatkan Barisan

Para pendukung KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terus melakukan konsolidasi untuk memantapkan dukungan. Salah satu motor pendukung Gus Yahya adalah PWNU Jatim. Sekretaris PWNU Jatim Prof Akhmad Muzakki kemarin kembali menegaskan dukungan kepada KH Miftachul Akhyar (Kiai Miftach) sebagai calon rais am dan Gus Yahya sebagai calon ketua umum. Muzakki mengatakan, keputusan itu diambil melalui rapat gabungan antara jajaran syuriah dan tanfidziyah. ”Sudah klir. Itu rapat resmi dan memenuhi kuorum,” tegasnya.

Dia menjelaskan, dukungan tersebut merupakan usulan dari PCNU-PCNU di Jatim. ”Cabang-cabang datang sendiri ke kantor PWNU. Mereka meminta PWNU mengusulkan Kiai Miftach dan Gus Yahya,” katanya. Selain itu, PWNU mengakomodasi masukan dari para kiai sepuh pimpinan pondok pesantren besar di Jatim. Misalnya, Pesantren Lirboyo dan Ploso. ”Dawuh para kiai sepuh itu sesuai juga dengan aspirasi cabang-cabang,” ujarnya.

PWNU Jatim juga berkomunikasi dengan jajaran PWNU se-Indonesia. ”Sampai tadi malam, dari 34 PWNU, sudah 28 yang menyatakan mendukung Kiai Miftach dan Gus Yahya,” tegasnya. Dukungan tersebut ditunjukkan dalam bentuk surat resmi yang ditandatangani rais am, katib am, serta ketua dan sekretaris PWNU.

Jumlah dukungan dari PWNU yang disebut Muzakki itu sama dengan yang diklaim Said Aqil Siroj. Dikonfirmasi mengenai hal itu, Muzakki membantah. ”Jadi, kalau ada yang mengaku didukung 28 PWNU, itu sudah pasti tidak valid. Kita tidak mungkin main klaim karena dukungan itu ada surat resminya,” jelas guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, tersebut.

Ketua PWNU Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Masnun Tahir juga menegaskan bahwa 27 PWNU berada di barisan Kiai Miftach dan Gus Yahya. ’’Kalau ada yang mengklaim kan boleh-boleh saja. Namun, klaim itu harus didasarkan pada bukti,” jelasnya.

Menurut Masnun, mayoritas pengurus PWNU menghendaki regenerasi di NU. Hal itu, lanjut dia, lazim di semua organisasi besar. Harus ada pembatasan masa jabatan pemimpinnya. ’’Jadi, setiap orang ada batasnya. Kemudian setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya,” katanya. Masnun menyebutkan bahwa regenerasi organisasi itu juga didukung Kiai Miftach.

Adu Program

Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf sama-sama punya program unggulan untuk NU mendatang. Said mengatakan, permintaan utama PWNU dan PCNU agar dirinya maju lagi adalah meneruskan program-program unggulan terobosan dalam lima tahun ke depan. Terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Di antaranya, pembangunan universitas NU dan institut teknologi NU. Sampai hari ini, perguruan tinggi NU sudah mencapai 43 unit. ”Ketika periode menteri Pak Nuh ada 24, Menteri Pak Nasir (Menristekdikti Moh. Nasir, Red) ada 38, kemudian di periode Pak Nadiem tambah 5 sehingga menjadi 43,” jelasnya.

Kemudian, program pengiriman mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 ke berbagai perguruan tinggi dunia seperti Eropa, Amerika, Australia, Rusia, Tiongkok, dan India untuk sains dan teknologi serta ke Yaman, Maroko, dan Mesir untuk ilmu-ilmu keislaman.

Said juga menyinggung soal sikap tegas NU pada dinamika geopolitik dunia, utamanya konflik Palestina-Israel. Said tegas menyatakan bahwa selama Israel tidak mengakui Palestina, NU pun tidak akan mengakui Israel. Jika Israel mengakui Palestina, baru kemudian perundingan damai bisa dilakukan. ’’Tapi, damai yang hakiki. Bukan diplomatis dan politik. Selama tidak ada itu, NU tidak mengakui Israel, apalagi sampai datang ke sana,” katanya.

Pernyataan Said tersebut seakan menyindir Gus Yahya yang sempat menghadiri undangan American Jewish Committee (AJC) dan menjadi pembicara dalam forum mereka pada 2018.

Sementara itu, Gus Yahya mengakui secara terbuka menawarkan diri untuk dipilih sebagai ketua umum PBNU dalam muktamar. Alasannya, dia melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU dengan segera. ’’Perlu ada transformasi konstruksi organisasi supaya NU bisa lebih optimal mengaktualisasikan potensinya,’’ tuturnya.

Dia menambahkan, NU adalah ormas Islam yang sangat besar. Bahkan, menurut sebuah survei, yang mengaku secara terbuka sebagai nahdliyin berjumlah lebih dari 50 persen dari populasi muslim di Indonesia. Hal itu membuat PBNU menjadi ormas yang berwibawa. ’’Persoalannya, wibawa itu hanya aktual di tingkat PBNU dan daerah yang komunitas NU-nya tebal,’’ katanya. Di daerah yang komunitas NU-nya tipis, kebesaran NU tidak teraktualisasi. ’’Sehingga kepengurusan di sana itu terbatasi kemampuannya untuk mengaktualisasi potensi NU,’’ ucapnya.

Jika terpilih sebagai ketua umum PBNU, Gus Yahya ingin mengusulkan agar pelaksanaan program di lingkungan NU dibalik. Pelaksana kegiatan tidak lagi di pusat, tapi di daerah. Tugas PBNU nanti mencarikan atau membangun program-program untuk dieksekusi cabang-cabang. ’’Jelas akan ada kebutuhan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain, baik pemerintah maupun swasta,’’ ungkapnya. Jika kerja sama itu terjalin, PBNU secara otomatis harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kepada partner kerja sama. Namun, karena program dilaksanakan di cabang-cabang, PBNU harus terus-menerus memantau dan mengadvokasi pelaksanaan program di cabang. ’’Ini akan memicu konsolidasi struktural PBNU dengan jaringan PWNU dan PCNU di Indonesia. Kalau sudah begitu, kita bisa melihat agenda nasional digerakkan di bawah secara serentak. ’’PBNU yang menyuplai program, cabang-cabang yang berjalan. Dengan begitu, masyarakat setempat akan melihat peran NU,’’ katanya.

Peserta resmi muktamar NU yang akan diselenggarakan pada 23–25 Desember 2021 ini berjumlah 2.295 orang. Mereka berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), serta 14 badan otonom (42 orang) dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat. Selain itu, ditambah pula utusan PBNU dari unsur syuriah (32 orang), mustasyar (15 orang), a’wan (20 orang), dan tanfidziyah (38 orang), ditambah jumlah panitia 336 orang.

(jwp)

Mantan Jubir Gus Dur, Gus Yahya: The Next Gus Dur

Mantan Jubir Gus Dur, Gus Yahya: The Next Gus Dur

Nusantara7.com, Mendekati pelaksanaan muktamar NU ke-34 di Lampung, dukungan para Gus atau kyai muda kepada Gus Yahya semakin menguat. Seperti dilansir Detik News 17/11/2021 kemarin bahwa sejumlah Gus dari pesantren besar dan paling berpengaruh di Indonesia berombongan menemui Rais PWNU Jawa Tengah untuk menguatkan dukungan ke KH. Yahya Cholil Staquf atau yang akrab kita sapa Gus Yahya.

Tokoh Gus yang hadir itu antara lain Gus Atho’illah Anwar Mansur dari Ponpes Lirboyo Kediri, Gus Abdurrahman Al Kautsar Nurul Huda Djazuli atau Gus Kautsar dan Gus Fahim Fuad dari Ponpes Ploso Kediri, Gus Maksum dari Ponpes Langitan Tuban, Gus Kholil dari Ponpes Sidogiri, Gus Abdussalam Shohib dari Ponpes Denanyar Jombang, Gus Makmun Ketua PCNU Kediri, dan Gus Makki Ketua PCNU Banyuwangi.

Para Gus adalah faktor penggerak roda kehidupan NU dan pesantren di masa depan. Mereka adalah anak-anak muda yang tumbuh dari keluarga pejuang agama di rahim pesantren yang sederhana , berpendidikan dan penuh talenta, yang telah mengitari punggung bumi untuk mencari ilmu, menuntutnya dan mengamalkannya. Para Gus adalah modal utama kemajuan NU dan pesantren. Mereka yang akan merangkai sejuta perspektif mengenai rancang bangun pesantren dan kaum nahdliyyin masa depan.

Di tempurung kepala mereka tersimpan sketsa dan gambar kehidupan ummat akhir zaman yang penuh dinamika dan gejolak. Sebagai sunnatullah secara pasti roda kehidupan akan selalu berputar, akan tiba saat musim gugur berganti musim semi, nama-nama besar masa kini akan menjadi masa lalu dengan nilai kebaikan dan warisannya digantikan nama-nama baru dengan tantangan zamannya untuk membangun masa depan gemilang dengan landasan nilai masa lalu yang cemerlang.

Sejumlah figur tokoh NU yang menjulang hari ini mewakili generasinya pada saatnya kelak harus rela bersiap meninggalkan gelanggang menyaksikan para Gus the golden generation memimpin regenerasi Nahdlatul Ulama. Kelak akan bertaburan para Gus bintang baru yang melesat di orbitnya. Gagasan mengenai kemajuan organisasi dan keummatan akan datang dari nama-nama besar selanjutnya seperti Gus Yahya, Gus Baha, Gus Ipul, Gus Imin, Gus Kautsar, Gus Ghofur Maimoen, Gus Awis, Gus Salam, Gus Reza , Gus Yusuf , Gus Imam Jazuli dan masih banyak nama lainnya.

Generasi muda pesantren yang santun, pintar dan progresif dengan gagasan-gagasan besar mesti diberi kesempatan untuk tampil kedepan dan dijaga dengan pagar ilmu, moral dan keimanan yang kuat, dengan tetap berakar pada kedalaman jati diri tradisi pesantren dan budaya luhur aswaja. Para sesepuh saat ini harus menyiapkan landasan, memberi arah, dan mengembalikan ke rel jika roda akidah dan keilmuan mereka berubah ke arah liberal dan radikal.

Nama Gus Yahya Cholil Staquf diharapkan tampil memimpin gerbong panjang regenerasi para Gus Nahdlatul Ulama (NU) yang penuh sesak. Dari sisi kepemimpinan ia telah matang dalam organisasi. Mulai dari IPNU hingga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Dikader langsung oleh Gus Dur dan telah mewarnai diskursus nasional. Punya pengalaman internasional bolak-balik ke luar negeri, mengenalkan nilai-nilai wasathiyah Islam dengan pendekatan Aswaja Annahdliyah.

Selain mantan juru bicara Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid, Gus Yahya Cholil Staquf juga mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Joko Widodo, juga salah seorang komisioner pertama sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdiri. Terlahir pada tanggal 16 Februari 1966 di Rembang Jawa Tengah, ia adalah cucu seorang tokoh besar NU, KH Bisri Mustofa penyusun Kitab Tafsir Al Ibris yang masyhur dan saat ini Gus Yahya menjabat Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Gus Yahya Cholil Staquf juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, sang kyai penyair mantan Rois Am PBNU.

Pendidikan dasar formal Gus Yahya didapatkan di madrasah Almunawwir . Ia murid KH Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Kemudian melanjutkan srata S1 ke Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada dan dilanjutkan mukim ngaji di Makkah selama setahun. Semua itu membentuk sosok Gus Yahya menjadi matang, well educated, berfikiran modern terbuka, egaliter dan siap membuka ruang dialog dengan siapapun untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa .

Tidak diragukan bahwa Gus Yahya akan membawa misi Islam Aswaja NU yang ramah sebagai rahmatan lil alamin. Memuliakan manusia sebagai sederajat, memiliki hak-hak yang sama dan harus dihargai dan dihormati, baik yang menganut Islam dan atau yang tidak.

Katib Aam PBNU itu juga telah menawarkan strategi perdamaian global model NU di International Religious Freedom (IRF) Summit di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (15/7/2021) dalam pidato berjudul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius). Gus Yahya menegaskan pemikiran damai dengan semua golongan, bahwa dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang perlu disepakati agar semua pihak yang berbeda-beda dapat hidup berdampingan secara damai. Bahkan bila diperlukan, nilai-nilai tradisional yang menghambat koeksistensi damai pun layak untuk disesuaikan.

Gus Yahya mewarisi ide Gus Dur mencintai kemanusiaan. Kacamata Gus Dur adalah kemanusiaan. Bukan lagi golongan, kelompok atau agama. Kacamata kemanusiaan yang dipakai Gus Dur itu menurut Gus Mus yang membuat dia tak anti terhadap perbedaan melainkan mengedepankan sikap toleran, lantaran kacamata kemanusiaan memungkinkan Gus Dur melihat manusia lain sebagai manusia seutuhnya yang masing-masing tercipta berbeda.

“Kalau orang yang masih menggunakan kacamata golongan, apalagi politik, yang dilihat ini PKB, itu PDIP, jadinya tidak kelihatan kalau sama-sama NU-nya,” kata Gus Mus dalam haul Gus Dur tahun lalu di Jombang.

Penulis berharap, Gus Yahya menjadi sosok perekat dan pemersatu umat, agar PBNU menjadi rumah besar yang nyaman bagi semua warganya tanpa membedakan suku, latar belakang dan pilihan parpolnya, salah satu ide Gus Yahya adalah “The Governing NU” alias menjadikan pola kerja PBNU seperti sebuah pemerintahan. Seorang Ketua Umum, mesti berfungsi seperti seorang presiden melayani seluruh lapisan rakyatnya . Dia memimpin rapat, seperti seorang presiden memimpin sidang kabinet bersama para menterinya.

Seluruh program dan agenda kerja organisasi diputuskan bersama lembaga Syuriyah , bukan berjalan sendirian, Wujud kepemimpinan di setiap tingkatan tidak boleh hanya mencerminkan aspirasi basis, tapi juga soliditas instrumen organisasi. Maka, kepentingan pengendalian oleh tingkat kepemimpinan yang lebih tinggi harus mendapat ruang dalam pembentukan formasi kepemimpinan di bawahnya secara kompak bersambung ke tingkat paling bawah dan tidak hanya berpusat di Jakarta.

Mantan Jubir Gus Dur itu tentu akan lebih terbuka untuk bertemu , merangkul dan berdialog dengan siapa saja, termasuk dengan pihak yang selama ini terkesan berseberangan dengan PBNU semisal NU GL, NU Khittah, FPI dan lainnya , dia telah terbiasa diskusi dengan perbedaan dalam berbagai sudut pandang pemahaman agama, asalkan tidak mengganggu NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara , termasuk dengan mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. ” Ketemu Yahudi Saja Bisa, Masa Habib Rizieq Tidak ? sebagaimana dikutip VIVA news 11/11/ 2021 . [brj]

PWNU dan PCNU se-Jatim tegaskan satu suara pilih Gus Yahya calon Rois aam dan ketua umum PBNU

PWNU dan PCNU se-Jatim tegaskan satu suara pilih Gus Yahya calon Rois aam dan ketua umum PBNU

Nusantara7.com, Surabaya – Pengurus Cabang maupun Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur sudah final mengusung Kiai Haji Miftachul Ahyar dan Kiai Haji Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai calon Rois Aam dan Ketua Umum PBNU dalam muktamar mendatang.

“Dalam Muktamar 23-25 Desember 2021, Jatim sudah mengambil keputusan secara organisatoris mendukung Kiai Miftachul Ahyar sebagai Rois Aam dan Gus Yahya sebagai ketua umum,” ujar Ketua PCNU Jember Kiai Haji Abdullah Syamsul Arifin.

Melalui keterangan tertulis diterima di Surabaya, Jumat, keputusan ini final dan telah melalui mekanisme organisasi.

Diawali dengan musyawarah antarketua cabang NU se-Jatim beberapa waktu lalu, hasilnya satu suara mendukung Kiai Miftachul Ahyar dan Gus Yahya.

Hasil musyawarah tersebut lantas dilaporkan ke Rois Syuriah PWNU Jawa Timur Kiai Haji Anwar Mansyur.

PWNU Jawa Timur juga telah menggelar rapat gabungan antara Syuriah dan Tanfidziyah yang memutuskan mengusung Gus Yahya sebagai calon ketua umum dan Kiai Miftach sebagai Rois Aam.

“Ini keputusan resmi organisasi, bukan keputusan orang perorang tapi keputusan organisasi,” tuturnya. (ant)