https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Epidemiologi – nusantara7

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Windhu : Herd Immunity tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan dua dosis vaksin lengkap

Windhu : Herd Immunity tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan dua dosis vaksin lengkap

Madura9, Surabaya – Ahli Epidemiologi Univeritas Airlangga (Unair) Surabaya Dr. Windhu Purnomo menyatakan herd immunity atau kekebalan komunal di suatu daerah baru bisa tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan dua dosis vaksin secara lengkap.

Windhu saat dihubungi di Surabaya, Sabtu mengatakan, antibodi protektif individu hanya terjadi setelah dua dosis lengkap untuk vaksin COVID-19 yang beredar di Indonesia.

“Artinya, herd immunity baru tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan lengkap dua dosis vaksin,” katanya, menegaskan.

Windhu menjelaskan berapa besar coverage (persen populasi) untuk bisa mencapai kekebalan komunal sangat tergantung dari beberapa hal. Pertama adalah efikasi, yakni efektivitas vaksin. Semakin kecil efektivitas vaksin, kata dia, makin sulit mencapai kekebalan komunal.

Selanjutnya adalah tingkat penularan virus (Ro = bilangan reproduksi dasar). Dikatakannya, saat ini varian Delta yang menyebar mempunyai Ro dua kali lebih tinggi daripada varian original. Artinya, semakin tinggi Ro makin sulit mencapai kekebalan komunal.

Yang terakhir adalah durasi titer antibodi di dalam tubuh pascavaksinasi dua dosis. Semakin cepat titer antibodi turun makin sulit mencapai kekebalan komunal.

“Secara teoritik dari hitungan epidemiologis jika melihat efikasi vaksin dan varian Delta yang beredar, untuk Indonesia sangat sulit kekebalan komunal dicapai, nyaris tidak akan pernah tercapai,” katanya.

Dia mengemukakan kekebalan komunal buatan melalui vaksinasi secara teoritik tidak akan pernah tercapai di Indonesia.

“Jadi strategi yang harus dilakukan dan yang tidak boleh digantikan oleh strategi lain apa pun adalah tes, lacak dan isolasi semassif mungkin,” katanya.

“Pelacakan harus mencapai rasio 1:15 (standar Kemenkes RI), syukur-syukur bisa 1:30 (standar WHO), dan tes bisa mencapai 10-20 kali batas minimum WHO yang 1/1.000 jumlah penduduk per minggu. Di samping itu prokes di masyarakat harus mendekati 100,” ujarnya, menambahkan.

Jika hal itu, kata Windhu, dilakukan dengan baik, maka pandemi di Indonesia akan lekas terkendali. ant