Nusantara7.com – Dampak bencana hidrometeorologi meluas di Jatim. Setelah banjir menerpa empat kabupaten sejak Senin (17/10) lalu, kemarin (18/10) giliran lima kecamatan di Trenggalek yang terendam.
Lima kecamatan itu adalah Trenggalek, Pogalan, Karangan, Gandusari, dan Durenan. Sebanyak 585 KK terdampak banjir yang dipicu hujan deras itu. Banjir juga merendam lantai 1 RSUD Soedomo Trenggalek. ’’Pasien yang dirawat di lantai 1 dipindah ke lantai 2 dan 3,’’ ucap Manajer Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Jatim Dino Andalananto kemarin. Untuk listrik, pelayanan rumah sakit menggunakan genset.
Ketinggian banjir di Trenggalek mencapai 20 sentimeter hingga 1 meter. Kondisi itu membuat bupati mengeluarkan Surat Pernyataan Tanggap Darurat Nomor : 360/2458/406.029/2022.
Dino memaparkan, banjir di Trenggalek terjadi akibat hujan lebat sejak Senin. Di beberapa lokasi, intensitas curah hujan mencapai 200 mm. Bahkan, ada yang mencapai 300 mm.
Posko-posko sudah disiapkan untuk membantu pengungsi rentan. Misalnya, lansia, ibu hamil, dan balita. Bantuan makanan disuplai langsung selama banjir melanda. Kondisi tersebut juga berlangsung di lima daerah lainnya. ’’Setelah evakuasi, prioritas diberikan kepada masyarakat rentan,’’ paparnya.
Sementara itu, hujan di wilayah Malang dan Blitar membuat banjir belum surut sejak kemarin. Beberapa tebing di perbatasan wilayah tersebut longsor dan menutup rel kereta api.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 menjabarkan, longsor terjadi di jalur KA di Km 85+4/5. Longsor juga berpotensi terjadi di Km 84+8/9, Km 82+6/7, dan Km 81+3 petak jalan Sumberpucung–Pohgajih. ’’Kami atas nama manajemen KAI mengucapkan permohonan maaf kepada para pelanggan karena terganggunya perjalanan dan pelayanan kereta api akibat longsor di wilayah tersebut,” ujar Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif.
Kondisi itu membuat KA Matarmaja dari Stasiun Malang menuju Pasar Senen tertahan di Stasiun Sumberpucung. Rencananya, kereta dialihkan melewati Lawang–Bangil–Sidoarjo–Tulangan–Mojokerto, lanjut Kertosono. Sementara itu, KA Penataran relasi Surabaya–Blitar saat ini tertahan di Stasiun Kepanjen. KAI Daop 8 Surabaya tengah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan perjalanan kereta api di lokasi tersebut.
Penanganan dilakukan dari sisi pengaturan operasional maupun prasarana jalur KA. KAI juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mempercepat proses perbaikan.
Banjir Terparah sejak 2006
Jawa Pos Radar Trenggalek melaporkan, banjir kemarin (18/10) merupakan yang terparah setelah 2006 atau 16 tahun lalu. Kondisinya pun nyaris sama. Pusat kota dikepung air berwarna cokelat.
’’Hingga kemarin (Senin, 17/10, Red), curah hujan terpantau sekitar 200 mililiter per detik. Artinya, kondisinya lebih parah ketika banjir bandang 2006,’’ ungkap Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin.
Banjir juga menggenangi area RSUD dr Soedomo. Ketinggian air mencapai 1 meter lebih. Alat kesehatan (alkes) dan peralatan lain di lantai 1 harus dievakuasi seluruhnya. Begitu juga pasien yang rawat inap. ’’Ketika air masuk, semuanya telah dievakuasi ke lantai 2, 3, dan 4,’’ ungkap Sujiono, humas RSUD dr Soedomo Trenggalek.
Sementara itu, proses evakuasi masyarakat di perkampungan sekitar RSUD juga terus dilakukan petugas gabungan. ’’Banjir ini terjadi karena luapan Sungai Ngasinan,’’ ungkap Kepala Satpol PPK Trenggalek St. Triadi Atmono.
Warga terdampak yang rumahnya belum bisa ditempati akan diungsikan ke beberapa tempat penampungan. Lokasi yang disiapkan, antara lain, kantor Kecamatan Trenggalek dan GOR Sumbergedong. ’’Selain mendirikan posko untuk lokasi pengungsian, kami membuka posko pusat informasi bencana di pendapa. Semoga nanti tidak ada korban,’’ jelasnya.
Regu penolong juga sempat mengevakuasi bayi berumur 7 bulan di Desa Pogalan. Suparni, kepala Desa Pogalan, mengatakan bahwa proses evakuasi menggunakan perahu karet. ’’Alhamdulillah bisa selamat setelah dua jam petugas melakukan evakuasi menggunakan perahu karet,’’ ucapnya.
Suparni menambahkan, ayah balita tersebut sedang sakit. Karena itu, dia tidak bisa mengevakuasi anaknya dari banjir yang ketinggiannya mencapai 2 meter. Arusnya pun deras. ’’Awalnya warga tak menyangka air bisa setinggi itu. Pada waktu subuh, air semakin naik dan banyak warga yang mengungsi,’’ tambahnya.
Bencana Hidrometeorologi Basah
Selama seminggu terakhir atau 10–16 Oktober 2022, setidaknya telah terjadi 76 kali bencana hidrometeorologi basah, yakni banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor. Jumlah tersebut merupakan rekor baru.
”Rekor lagi, seminggu ada 76 kejadian bencana dan semuanya bencana hidrometeorologi basah. Kalau sebelumnya pada minggu lalu, dari total bencana yang terjadi itu masih ada jenis lainnya,” kata Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari kemarin (18/10).
Selain itu, lanjut Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, 76 bencana tersebut menyebabkan 13 orang meninggal dunia. jp