Jakarta – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 93 poin menjadi Rp12.929 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.022 per dolar AS.
“Indeks dolar AS masih mendapatkan tekanan setelah salah satu data ekonomi Amerika Serikat yakni penjualan rumah kedua yang di bawah ekspektasi pasar,” kata Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta.
Di sisi lain, lanjut dia, hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS (the Fed) yang mengindikasikan belum adanya kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat juga masih menjadi sentimen negatif bagi dolar AS sampai saat ini.
Dari dalam negeri, lanjut dia, Bank Indonesia yang masih berada di pasar valas menambah dorongan bagi mata uang rupiah bergerak lebih lanjut. Apalagi, cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2015 yang sebesar 115,5 miliar dolar AS masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
“Cadangan devisa sebesar itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga ekonomi Indonesia untuk tumbuh berkelanjutan,” katanya.
Rully Nova menambahkan bahwa Bank Indonesia yang mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen juga dinilai masih sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi 4 plus minus 1 persen pada 2015 dan 2016.
Untuk selanjutnya, ia mengatakan bahwa pelaku pasar akan mencermati data konsumer AS yang sedianya akan dirilis pada pekan ini. Data itu dapat menjadi penggerak dolar AS jika mencatatkan hasil positif, karena data itu menjadi salah satu indikasi tingkat inflasi AS dan bisa menjadi pertimbangan the Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.972 dibandingkan hari sebelumnya, Senin (23/3) di posisi Rp13.076 per dolar AS. atr