Bintang Pos, Surabaya-Kemajuan jaman membuat popok bayi tidak lagi berupa kain. Tapi bisa dari bahan yang sekali pakai. Berfungsi seperti pembalut menstruasi pada wanita dewasa, popok sekali pakai pada bayi ternyata masih member imbas pada sampah lingkungan. Tak hanya di kampung, di terminal bandar udara pun sampah popok sekali pakai masih sering dibuang sembarangan.
Seperti yang diungkapkan Djuwariyah (32), petugas kebersihan area toilet atau kamar mandi di terminal penumpang bandara Internasional Juanda Surabaya. “Kamar mandi sudah bersih dari pembalut, ceceran air kencing atau kotoran buang air besar.
Pengunjung sudah bersih kalau soal itu. Tapi popok sekali pakai bayi, yang masih sering dibuang tidak pada tempatnya,” cerita warga Sedati yang sudah enam tahun bergabung di PT Garuda Tawakal Abadi, perusahaan penyedia jasa petugas keebersihan di lingkungan bandara Juanda Surabaya.
Kondisi popok sekali pakai bekas bayi itu pun tidak hanya penuh deengan air kencing bayi. Tapi juga kotoran buang air besar bayi. Tentu baunya berbeda. Biasanya Djuwariyah menemukannya di atas tempat sampah untuk pembalut wanita, diatas tempat sampah tisu disamping wastafel, kadang juga ditemukan di lantai pojok-pojok sekitar areal kamar mandi.
Setelah menemukan, Djuwariyah akan langsun memungut, dan membersihkan kotoran buang air besarnya ke dalam WC, dengan disiram banyak air, baru kemudian popok sekali pakai itu dilipatt dengan baik dan dibuang ke tempat sampah basah.
Diakui Djuwariyah, selain ditemukan di tempat kerjanya, ditempat tinggalnya, popok sekali pakai bayi ini juga masih menimbulkan masalah tempat membuangnya. Dia menyebut di kampung, popok sekali pakai bayi banyak dibuang di tempat aliran air.
“Katanya bekas bayi itu kalau tidak dibuang di sungai atau kali yang mengalir airnya, bisa membuat kulit bayi “suluten”. Yaitu timbul gatal-gatal. Padahal tidak, karena malah membuat air tidak bisa mengalir dan saluran got buntu,” kisah Djuwariyah.
Kembali di Bandara Juanda, dalam setiap dindingnya, terpampang kopi piagam yang atas prestasi toilet bandara Juanda yang oleh Kementrian Pariwisata tahun 2011 lalu dikukuhkan sebagai toilet bandara terbersih di Indonesia. Penilaian dan penghargaan yang digela tiap dua tahun ini, akhirnya memaksa toilet bandara Juanda untuk bisa mempertahankannya.
Asisten Supervisor pt Garuda Tawakal Abadi, Condro Sudaryanto, mengaku, selama tujuh tahun menangani sebagian kebersihan toilett dan lingkungan terminal bandara Juanda, mereka sudah berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dan ternyaman. “Jadi selalu ada shif dan petugas tidak boleh meninggalkan area tugasnya. Kalau mau sholat atau istirahat harus bergantian,” jelas Condro.
Untuk sebagian areal terminal bandara Juanda, karena ada perusahaan lain yang juga mengisi pekerjaan ini, Condro menyebut dirinya dibantu sekitar 141 personil yang terbagi menjadi tiga shif. Jumlah toilet di bandara Juanda sendiri ssebanyak 25 untuk wanita dan 25 untuk laki-laki. Ditambah 10 untuk pengunjung difabel atau cacat.
General Manager PT Angkasa Pura I, Trikora Harjo, mengakui mempertahankan lebih sulit daripada merebut. “Tapi kami sudah siap dan yakin. Tim sudah solid. Tak hanya toilet tapi semua area yang ada di terminal harus bersih dan nyaman bagi pengunjung,” tandas Trikora. (dtk-kba)