Bintang Pos, Surabaya – Menangkap ikan denban menggunakan bom rakitan masih marak dilakukan di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Tindakan yang mengancam biota laut, khususnya terumbu karang ini, dilakukan warga lokal maupun warga luar Kolaka.
Dinas Perikakan dan Kelautan (DPK) Kolaka menegaskan titik pengeboman tersebar di beberapa daerah di Kolaka, terutama daerah yang berbatasan langsung dengan laut seperti Kecamatan Tangketada, Wolo, Samaturu, Watubangga, Wolo serta beberapa desa lainnya di Kolaka.
Praktek ini dilakukan untuk mendapatkan hasil ikan tangkapan lebih banyak dalam waktu cepat namun membahayakan ekosistem laut.
Kondisi ini membuat Dinas Perikanan dan Kelautan Kolaka akan bekerja secara ekstra dan melibatkan pihak terkait untuk menangani masalah ini.
“Sebenarnya cara ini tentunya berdampak besar terhadap kerusakan lingkungan dan memang yang kita harapkan warga bisa ikut serta memelihara laut beserta potensi yang ada di dalamnya. Misalnya terumbu karang yang menjadi rumah dari sebagian besar ekosistem laut. Ikan-ikan itu akan kesulitan berkembang biak kalau terumbu karang sudah hancur dan butuh waktu lama untuk memulihkan kondisinya,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Pesisir dan Kekayaan Laut DPK Kolala, Abdul Kadir Wally, Selasa (02/04/2013).
Dia menambahkan dampak lain dari pengeboman ini adalah para nelayan harus keluar bermil-mil dari pesisir pantai guna mendapatkan hasil yang cukup maksimal.
“Memang kita itu sulit untuk mendeteksi para pelakunya. Mereka ini pintar bersembunyi, dan juga mengintai keberadaan petugas. Saat petugas lengah pasti mereka langsung menjalankan aksinya,” tambah Wally.
Demi menghindari kejaran petugas para pelaku pengeboman mengubah pola kerja mereka. Sebelumnya, mereka biasa beraksi di siang hari. Kini mereka memilih beraksi di malam hari bahkan dini hari.
Sehingga untuk mengurangi frekuensi pengeboman dan menangkap para pelakunya maka DPK Kolaka menjalin kerja sama dengan masyarkat pesisir.
“Yang kita ajak kerja sama itu khususnya kelompok masyarakat pengawas yang kami bentuk di daerah rawan dengan tindakan ini. Kelompok kini secara bersamaan dibentuk dengan para nelayan yang prihatin terhadap masalah ini,” papar dia.
Untuk memudahkan kerja kelompok pengawas ini, maka pemerintah memberi mereka bantuan perahu. Kelompok itu juga menjalin komunikasi dengan angkatan laut dan polisi perairan apabilamelilhat hal-hal yang mencurigakan di laut. (kom-pgh)