Bintang Pos, Kairo – Militer Mesir mengultimatum Presiden Mohamed Mursi untuk berbagi kekuasaan pada Senin, 1 Juli 2013. Mereka juga memberikan politisi itu waktu 48 jam untuk berkompromi. Jika tidak, maka militer akan melakukan langkah sendiri untuk ‘menyelamatkan’ negara.
Pernyataan yang disiarkan militer melalui televisi nasional menyatakan, bangsa Mesir dalam bahaya setelah jutaan orang Mesir turun ke jalan pada Minggu, 30 Juni 2013. Mereka menuntut Mursi lengser dan markas Ikhwanul Muslimin digeledah.
“Jika tuntutan rakyat tidak direalisasikan dalam periode tertentu, maka (militer) akan berkewajiban mengumumkan peta jalan untuk masa depan,” kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata negara itu, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi.
Militer mengatakan, akan mengawasi pelaksanaan ultimatum mereka sampai 48 jam ke depan. Mursi harus merangkul semua pihak untuk berpartisipasi, mulai dari semua faksi dan partai nasional, hingga organisasi pemuda.
Intervensi para jenderal ini, seperti diberitakan Reuters,disambut dengan gembira oleh pengunjuk rasa di jalan-jalan, tapi menimbulkan kecemasan di kalangan kubu Islamis. Massa di Tahrir Square Kairo bersorak ketika sebuah penerbangan helikopter militer menukik di atas mereka.
Sejak jatuhnya Hosni Mubarak lebih dari dua tahun yang lalu, negara berpenduduk terbesar di dunia Arab ini terus berada dalam kekacauan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di antara sekutunya di Barat dan negara tetangganya, Israel, di mana Mesir telah memiliki perjanjian damai sejak tahun 1979.
“Era kudeta militer telah berakhir,” kata seorang pendukung Mursi. Mohamed El-Beltagy mengatakan, kubu Islam akan turun ke jalan untuk menunjukkan kekuatan mereka. Mursi sendiri tidak menanggapi pernyataan militer itu.(tem)