Jakarta – Lembaga pemerhati Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, Migrant Care meminta pemerintah menginvestigasi indikasi mafia diyat di Arab Saudi. Mereka mencatat sejumlah TKI yang tersandung kasus pembunuhan di negara itu tak jarang dimintai uang diyat yang sangat besar.“Misalkan Siti Zaenab yang terancam hukuman mati sejak 1999 itu juga diminta Rp90 miliar,” kata Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah di kantor KPU, Jakarta, Jumat 28 Maret 2014.
Anis menegaskan, ada mafia diyat yang selama ini memang bekerja untuk kasus-kasus TKI atau majikan yang terbunuh. Pada umumnya, kasus mereka tidak diselesaikan melalui jalur hukum yang adil, tapi melalui mekanisme diyat.
“Sehingga ini menjadi bisnis para calo yang selama ini sudah berlangsung lama dan dibiarkan oleh pemerintah. Harusnya ini diberantas,” ujarnya.
Anis mengemukakan, mafia diyat tersebut tentu melibatkan dua negara baik Arab Saudi maupun Indonesia. Kalau korbannya adalah orang Arab harus meminta maaf kepada keluarga di Arab. Kalau korbannya adalah buruh migran artinya dari Arab harus minta maaf kepada keluarga yang ada di sini.
“Artinya ada mafia yang selama ini terorganisir di antara dua negara di Arab Saudi dan Indonesia. Bisa jadi itu melibatkan dua negara dan mungkin itu juga terhubung dengan mafia perdagangan orang juga,” imbuhnya.
Terkait kasus TKI Satinah, Anis mengatakan sampai hari ini pemerintah masih bersikukuh tidak mau mengambil APBN untuk membayar diyat sebesar Rp21 miliar. Meskipun, Presiden SBY sudah mengirim tim dan surat ke Arab Saudi.
“Itu boleh saja dilakukan sebagai suatu upaya. Tetapi harus ingat bahwa sudah lima kali kita memperpanjang pembayaran diyat. Dan itu saya kira memperpanjang penderitaan Satinah dan keluarganya menunggu kepastian apakah dieksekusi atau tidak,” tuturnya.
Menurutnya, apabila pemerintah tidak mau membayar diyat, maka Presiden SBY harus datang ke Arab untuk menyelamatkan. Jika tidak maka dia meminta SBY memberantas mafia diyat.
“Karena ini bagian dari upaya untuk menutup upaya keadilan bagi buruh migran,” ucapnya.vns