Surabaya – Mendikbud Mohammad Nuh mengakui dirinya bukan hanya menemukan jawaban ujian nasional (UN) yang bocor, namun dirinya pun sudah menemukan naskah soal UN yang bocor di Bandung pada H-3 UN untuk SMA/SMK/MA pada 16 April lalu.“Saya sudah panggil Puspendik untuk meneliti, ternyata naskah UN itu tidak ada dalam UN 2014, karena itu siswa jangan mau tertipu dan diiming-iming. UN itu bisa menjadi ujian kejujuran siswa, karena ujian kejujuran itu justru saat kepepet (terjepit),” katanya di Surabaya, Sabtu.
Setelah menjadi pembicara kunci pada workshop “Jalan Tengah Hisab-Rukyat Melalui Teknik Astrofotografi” itu, ia mengemukakan hal itu ketika dikonfirmasi tentang “Surat kepada Mendikbud” dari siswi SMA Khadijah Surabaya Nurmillaty Abadiah tentang UN melalui jejaring sosial media, Facebook.
Dalam keluhannya itu, siswi SMA Khadijah itu menyebut beberapa soal UN yang sulit dan menantang Mendikbud untuk mengerjakan soal itu, misalnya dua soal Matematika, bahkan kesulitan itu memaksa sejumlah temannya bersikap tidak jujur dengan menyontek jawaban UN yang bocor melalui SMS yang diduga memiliki kebenaran hingga 90 persen.
“Ujian itu ibarat orang yang melompat galah, tentu tidak semua orang bisa, kalau bisa berarti sempurna atau nilainya 100, tapi kalau belum bisa tentu hal itu juga realistis. Itulah tantangan dalam ujian, karena dengan kesulitan akan membuat orang berusaha. Kalau tanpa tantangan, maka hidup ini menjadi tidak baik,” katanya.
Namun, katanya, sulit atau tidaknya sebuah soal itu tidak harus menjadi keluhan, karena soal itu sah adanya bila ada dalam kisi-kisi. “Yang penting dipahami adalah bahwa nilai 100 atau keberhasilan itu bukanlah keharusan. Sejatinya, kejujuran itu akan teruji dalam kondisi kepepet (terjepit),” katanya.
Menurut dia, kejujuran dalam kondisi tidak kepepet itu wajar, tapi kejujuran itu akan bagus bila dalam kondisi kepepet masih mampu bersikap jujur. “Kalau dia tidak jujur dalam kondisi kepepet, maka dia belum teruji, apalagi dia dari SMA Khadijah (sekolah agama),” katanya.
Tentang SMS bocoran jawaban UN dengan tingkat kebenaran hingga 90 persen itu, mantan Rektor ITS Surabaya yang sempat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke percetakan soal UN PT Jasindo, Juanda, Surabaya itu menyatakan dirinya bukan hanya menemukan jawaban soal UN, melainkan juga menemukan naskah soal UN.
“Ternyata, semuanya tidak terbukti, termasuk beberapa lokasi yang dikatakan ada kebocoran massal seperti di Jember, Surabaya, Medan, saya sudah menurunkan tim, bahkan orang yang selama ini menolak UN justru meminta lokasi yang diduga bocor itu diadakan UN ulang. Saya heran, orang yang menolak UN kok justru minta UN ulangan, kalau diikuti justru akan menjadi politis,” katanya.
Dalam kesempatan itu, ia menyatakan soal UN yang tergolong sulit itu sebenarnya hanya 20 persen. “Artinya, kalau seorang anak itu memiliki kemampuan sedang-sedang saja, maka dia masih mungkin mendapatkan nilai 80, karena itu hal terpenting dalam UN adalah kejujuran itu sendiri,” katanya.atn