Bintang Pos, Surabaya- Jumlah luasan tanaman padi di Banyuwangi, Jawa Timur, dalam waktu lima tahun terakhir kian sempit karena alih fungsi lahan. Petani kini mulai meninggalkan padi dan memilih tanaman yang lebih menguntungkan.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi, jumlah area tanam sawah dalam setahun di Kabupaten Banyuwangi turun sekitar 5.000 hektar menjadi 125.000 hektar. Sebagian sawah kini berganti menjadi kebun jeruk keprok, semangka, atau buah naga.
Pergantian jenis tanaman itu terjadi terutama di daerah sawah tadah hujan, seperti di Purwoharjo, Bangorejo, Tegaldlimo, Genteng, dan sebagian Cluring. Di Kecamatan Bangorejo, misalnya, kini hanya menyisakan lahan sawah seluas 600 hektar, padahal sebelumnya mencapai sekitar seribu hektar. Di Cluring, kawasan lahan padi kini juga banyak berubah jadi kebun jeruk.
Sejumlah petani saat ditemui, Selasa (23/4/2013), mengatakan lebih memilih menanam jeruk karena lebih menguntungkan ketimbang padi. Tanaman jeruk memang baru bisa dipanen setelah berumur 5 tahun, tetapi hasilnya bisa mencapai Rp 50 juta-Rp 70 juta sekali panen dengan perkiraan panen 10-15 ton per hektar. Tanaman jeruk bisa dipanen setahun tiga kali. Jumlah ini jauh menguntungkan daripada menanam padi yang keuntungannya hanya Rp 8 juta-Rp 10 juta sekali panen. Padi hanya bisa dipanen dua kali setahun karena menyesuaikan ketersediaan air.
Supriyono Wahid (45), petani Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, mengatakan, gabah hanya menghasilkan keuntungan sedikit karena harganya hanya Rp 3.400 per kilogram kering panen. Harga ini hanya selisih Rp 100 dari harga pembelian pemerintah. ”Kalau buah jeruk, sekarang sedang tinggi-tingginya. Harganya bisa mencapai Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram setelah buah impor dibatasi,” katanya.
Rusli, petani lain, juga meraup keuntungan dari semangka. Jika tahun lalu masih memaksakan menanam padi, kini ia lebih memilih semangka di musim tanam kedua. ”Tanaman semangka bisa menghasilkan Rp 35 juta per hektar. Harganya memang sedang bagus-bagusnya. Per kilogram mencapai Rp 4.000,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi Ikrori Hudanto mengatakan, peralihan jenis komoditas yang ditanam petani itu menguntungkan mereka, tetapi di sisi lain juga membuat produksi padi turun. (kom-pgh)