N7 – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerja sama dengan Henbuk Marketplace menciptakan ekosistem literasi di lingkungan pendidikan. Kolaborasi itu mendorong guru di Surabaya untuk menulis buku dan di-upload di aplikasi henbuk.com, lalu royalti dari hasil penjualannya itu akan langsung masuk ke rekening penulis.
Pemkot bersama Henbuk Marketplace pun menggelar sosialisasi kepada semua guru Surabaya, Kamis (11/8). Sosialisasi yang digelar di Graha Sawunggaling Kompleks Gedung Pemkot Surabaya itu diikuti seluruh guru di Surabaya.
Eri berharap, makin banyak guru di Surabaya yang menuangkan ide dan pikirannya lewat buku. “Para guru di Surabaya dikenal suka menulis. Sehingga, kami berusaha mewadahi. Bapak ibu guru bisa menuliskan tentang berbagai hal, misalnya buku tentang penyelesaian soal dengan berbagai variasi. Karya mereka itu lalu bisa di-upload di aplikasi, nanti yang beli bisa anak didik, pihak sekolah, hingga masyarakat umum,” ujar Eri.
Melalui cara itu, lanjut dia, para guru bisa menyebarluaskan ilmunya melalui buku dan yang paling penting juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan melalui buku yang dijual di aplikasi itu.
“Tulisan para guru bisa dihargai. Bahkan bisa menjadi penghasilan tambahan. Apalagi, orang menulis itu tidak banyak. Baik imajinasi hingga inspirasi sang penulis yang seharusnya dihargai,” ucap Eri.
Eri menjelaskan, format buku itu adalah elektronik berbentuk PDF. Dengan format tersebut, harganya lebih murah dibanding biasa di toko-toko buku. Sebab, dengan cara itu tidak perlu mengeluarkan ongkos percetakan dan penjualannya tentu lebih luas.
“Kalau mencetak kan mahal, namun dengan aplikasi ini akan lebih praktis. Sehingga tidak mahal. Yang beli juga semakin banyak,” ujar Eri.
Meski harganya murah, Eri berharap kualitas dari buku itu harus terjamin. Dia meminta Dinas Pendidikan Surabaya untuk melakukan pendampingan menulis kepada para guru-guru itu.
“Bahkan, nanti bisa penulis profesional diundang untuk memberikan pelatihan kepada para guru, supaya kemampuan menulisnya bisa diasah dan ditingkatkan,” terang Eri.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh menjelaskan, penulisan buku bisa menjadi penilaian tambahan bagi guru. “Bagi guru di sekolah negeri, tentu ini menjadi salah satu indikator untuk kenaikan pangkat. Termasuk juga untuk swasta bisa menjadi penilaian pribadi atau inpassing, misalnya. Semakin banyak karya yang dihasilkan, tentu nilai semakin bagus,” tutur Yusuf.
CEO Henbuk Marketplace Hendika Permana menjelaskan, program itu sebagai agenda nasional. Dia memastikan aplikasi itu sebagai pengejawantahan perintah presiden melalui kementerian pendidikan dalam meningkatkan minat baca di Indonesia.
“Setelah kita pelajari, minat baca diawali dengan tulisan yang mengikat. Sehingga, kita akan mendorong guru dan dosen untuk menulis buku yang diminati siswa. Marketnya, seluruh Indonesia,” ucap Hendika.
Menurut dia, untuk bisa menjual buku di aplikasi ini, ada sejumlah proses yang harus dilalui. Buku dari penulis akan diunggah ke aplikasi oleh guru. Selanjutnya, akan ada verifikator untuk menilai konten buku tersebut sebagai bentuk kurasi.
Setelah lolos verifikasi, selanjutnya akan dijual. Berbagai jenis genre buku bisa ditulis. Dari hasil penjualan, penulis akan mendapatkan royalti secara langsung yang masuk aplikasi. “Sistem royalti, 90 persen ke penulis dan 10 persen ke operator. Misalnya, harga Rp 15 ribu. Maka Rp 1.500 akan masuk ke operator,” papar Hendika.jp