Bintang Pos, Surabaya – Dunia olahraga Kota Surabaya kembali ngaplo alias terancam mati. Pasalnya, Komite Olahraga Kota Indonesia (KONI) Surabaya yang merupakan induk olahraga prestasi di kota ini hingga sekarang belum mendapat dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengikuti kegiatan kejuaraan olahraga di berbagai cabang olahraga. Anggaran sebesar Rp 19,5 miliar yang sudah dianggarkan untuk KONI Surabaya pada APBD Surabaya 2013 belum bisa dicairkan.
Atas kondisi itu membuat keprihatinan bagi kalangan DPRD Surabaya dan KONI sendiri. Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Baktiono mengatakan, dewan sudah berulangkali menggelar rapat dengan Pemkot dan KONI Surabaya. Intinya, agar atlet olahraga binaan KONI Surabaya bisa ikut kejuaraan di bidang atletik di semua cabang olahraga (cabor). Namun, faktanya hingga saat ini anggaran untuk latihan dan sebagaianya belum bisa dicairkan Pemkot. Alasannya, sekarang ini tidak ada dana hibah buat KONI dan ini berlaku di seluruh Indonesia.
“Ini tentu membingungkan kami yang ada di dewan juga,” kata Baktiono, Senin (22/4).
Menurutnya, KONI merupakan bentukan pemerintah sendiri. Badan atau lembaga itu dibentuk dan disahkan pemerintah. Namun, sekarang tidak diberikan anggaran sendiri untuk bisa hidup. “Kami, juga heran,” ungkap
Sampai sekarang, lanjutnya, sikap dan kebijakan Pemkot menyebutkan anggaran untuk KONI sebesar Rp 19,5 miliar hanya bisa dicairkan untuk reward atau hadiah atlet saja. Sedangkan, alokasi anggaran untuk Pusat Latihan Cabang (Puslatcab), Kejuaraan Piala Walikota, Piala KONI, Seleksi dan Persiapan Porprov tidak ada.
Bila KONI butuh anggaran untuk pelaksanaan kegiatan kejuaraan itu anggarannya baru akan diusulkan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD Surabaya 2013, yang biasanya baru direncanakan pada bulan Juli-September. “Itu, hanya untuk anggaran reward, bukan uang pembinaan,” jelas dia.
Selain itu, lanjutnya, hal ini tentunya akan mengancam persiapan Kota Surabaya untuk mempertahankan gelar juara umum Porprov Mei mendatang. Padahal sebelumnya, Surabaya telah meraih tiga gelar juara umum berturut, yaitu di 2007, 2009, 2011.
“Tiga tahun terakhir Pemkot cenderung tidak mengubah anggaran KONI Surabaya, yaitu Rp 19,5. Lalu untuk apa arti pengajuan rencana dan analisis yang selama ini diberikan jika tidak diperlukan,” katanya.
Ketua KONI Surabaya, Soenardi sebelumnya mengaku, heran dengan perubahan anggaran tersebut.
Menurutnya, anggaran yang disediakan Pemkot hanya untuk reward dan hadiah bagi atlet yang menang kejuaraan. Tapi, kalau tidak ada kejuaran apakah mungkin anggaran itu bisa dicairkan.
“Kalau tidak ada kejuaraan mana mungkin atlet dapat menerima reward. Lalu apa fungsinya anggaran tersebu,” ungkapnya.
Menurutnya, hingga saat ini sebanyak 42 cabor masih berlatih meski anggarannya belum ada. Bahkan, sampai saat ini KONI masih bisa meredam keluhan cabor tersebut. “Kalau tidak ada anggaran untuk latihan dan mengikuti kejuaraan, apakah para pengelola cabor itu tidak menjerit, saya kira mereka akan menjerit juga,” ungkapnya.
Sigit Sugihartono Selaku Kepala Dispora tak berani mengeluarkan dana tersebut untuk KONI Surabaya, pasalnya dana hibah untuk KONI tak dianggarkan dan penganggarannya dilarang pusat.
Sigit juga tak mau berspekulasi. Dia tetap meminta untuk kegiatan KONI tetap harus menunggu PAK APABD. Pihaknya takut di belakangnya akan berperkara dengan hukum. Sebab penggunaan anggaran dengan cara meminjam lebih dulu lalu diganti dengan cara mengajukan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK), tak ada aturannya. “Saya pastikan mas, dana hibah sekarang sudah tidak ada,” jelas Sigit Sugiharsono.
Sigit menjelaskan, mekanisme pencarian anggaran di KONI sekarang berdasarakan hasil kegiatan di tiap cabang olahraga (cabor) dan itu hanya untuk hadiah atau penghargaannya saja. Semakin, banyak penghargaan yang diperoleh cabor, maka semakin banyak pula hadiah yang akan diberikan untuk cabang olahraga itu. “Jadi, antara satu cabor dengan yang lain dana hadiah yang diterima tidak sama, tergantung berapa yang memperoleh penghargaan,” jelasnya. (sby-kba)