Jakarta – Jumlah jemaah calon haji Indonesia di tanah suci hingga hari ke-20 mencapai 111.760 orang. Sejak 15 September lalu, begitu mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, mereka langsung bergerak ke Mekah. Seiring banyaknya jumlah jemaah, tingkat kriminalitas yang menimpa mereka juga semakin tinggi.Dari pantauan di Bandara King Abdul Aziz, Sabtu 20 September 2014, jemaah Indonesia tercatat paling banyak. Karena jarak kedatangan pesawat semakin pendek, 12-15 kloter setiap hari, mereka bisa menempati tiga plaza bandara di saat bersamaan. Dalam kondisi seperti ini, petugas Panitia Penyelanggara Ibadah Haji biasanya mulai kewalahan mengarahkan jemaah untuk tertib berihram.
Mereka mengarahkan agar jemaah laki-laki berganti baju di musala yang ada di setiap plaza. Sementara jemaah wanita diarahkan berganti ihram di petilasan yang telah disediakan di masing-masing plaza.
Namun meski sudah teriak-teriak di mikrofon, tidak sedikit jemaah pria yang tetap berganti ihram di ruang terbuka plaza. Banyak juga jemaah yang kebingungan dan tidak tahu tata cara berihram dengan baik, sehingga harus dibantu petugas dari Indonesia, atau petugas kebersihan dan pengangkut koper dari Bangladesh atau Mesir.
Di bandara, jemaah calon haji Indonesia juga sudah mulai menjadi sasaran pemerasan tenaga musiman dari negara lain, seperti Filipina. Kemarin, Sukardi Illias Joyodiharjo asal Banyuasin, Sumatera Selatan, dimintai uang secara paksa. Modus pelaku pura-pura menawarkan kursi roda dan membantu mendorong, namun setelah itu jemaah kloter 13 Embarkasi Palembang itu dibawa ke tempat sepi.
Kakek 83 tahun yang menderita hipertensi ini dimintai uang secara paksa sebesar Rp200 ribu. Beruntung aksi si pelaku sudah ketahuan sebelum Sukardi memberikan uang. Sehari sebelumnya pelaku diduga melakukan tindakan yang sama.
Petugas Panitia Penyelenggara Haji Indonesia lalu melaporkan ulah tenaga musiman itu ke polisi bandara. “Ini untuk shock terapy. Kami tengah negosiasi dengan pihak keamanan untuk masalah ini supaya jemaah lain tidak mendapat perlakuan serupa,” kata Sekretaris Daerah Kerja Jeddah, Arfi Hatim.
Ada dua opsi yang ditawarkan pihak keamanan bandara, uang tidak dikembalikan dan si pelaku dideportasi atau uang dikembalikan dan pelaku membuat surat pernyataan. Petugas Indonesia kemudian memilih opsi kedua.vns